Jumat, 18 Februari 2011

Malam tak terlupakan

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Untuk yang komen di posting sebelumnya, terima kasih sudah meninggalkan komentar. Kebetulan sekali posting saya berikutnya tentang satpam dan sudah tertulis sebelumnya, tapi saya edit sesuai permintaannya. Mudah-mudahan bisa memuaskan keinginannya, kalau masih belum silakan beri masukan :)

Aku Dhani, seorang satpam perumahan X. Umurku mulai menginjak tiga puluh empat tahun. Aku sudah beristri dan dikaruniai dua putri yang lucu-lucu. Kehidupanku normal-normal saja, termasuk kehidupan seksku.

Tapi itu dulu. Semuanya berubah malam itu.

Malam itu aku mendapat tugas jaga. Keadaan sangat sepi dan dingin, membuatku ngantuk, walaupun kopi hangat sudah menemani malamku. Tidak ada pula yang bisa diajak bicara saat itu, dan radioku pun rusak. Kulihat jam tanganku. Sudah pukul satu pagi. Harusnya penghuni perumahan ini sudah tidak ada yang beraktivitas lagi. Tidak ada salahnya kalau aku tidur sejenak saja... toh jarang sekali terjadi pencurian di sini. Tapi kok ada yang bangun ya...

Aku mengelus kontolku sejenak yang terbalut celana satpamku. Agak tegang. Yah, mungkin karena udara dingin saja. Coba ada istriku, dia pasti bisa menghangatkan tubuhku. Aku bangga dengan kontolku. Walaupun ukurannya tidak sebesar punya temanku (punyaku hanya 16 cm saat menegang dan tebalnya hanya 4 cm), tapi aku bisa membuat istriku orgasme berkali-kali selama berjam-jam. Ya, aku bisa mengontrol kapan aku mau orgasme. Kemampuan itu sebenarnya tidak langsung kudapat, tapi dengan latihan selama bertahun-tahun. Ah tapi ngantuk nih... biar nanti pagi saja setelah anak-anak berangkat sekolah aku minta jatah, sekarang tidur sebentar...

Sepertinya aku benar tertidur, tapi tidak sepenuhnya tertidur. Mungkin gara-gara kontolku yang setengah bangun itu. Tapi anehnya aku tidak memikirkan istriku. Dalam mimpiku semuanya tampak gelap, tapi aku bisa mendengar suara seorang pria. Ia memanggil namaku dengan lembut, dan kemudian aku merasakan sentuhan di kontolku. Anehnya kontolku merespon sentuhan itu dan mulai tegang. Aku belum pernah disentuh lelaki sebelumnya di bagian itu, dan aku tidak pernah menginginkannya. Tapi rasanya enak, sama enaknya seperti sentuhan istriku. Aku mendesah pelan dan sejenak mataku terbuka. Aku melihat seseorang berdiri di depanku, menggunakan pakaian serba hitam dan penutup kepala hitam. "Siapa..."

"Ssssttt... Pak Dhani tidur lagi saja, biar saya bantu tidurkan adiknya," bisik orang itu lembut. Aku tidak bisa menentukan dari suaranya apakah ia wanita atau pria. Aku merasakan remasan di kontolku, yang anehnya terasa enak sekali. Aku mendesah lagi dan memutuskan untuk menikmatinya, tidak peduli siapapun dia. Kupejamkan mataku dan orang itu terus meremas-remas kontolku, bahkan mulai meraba-raba dadaku. Benar-benar sensasi yang belum pernah kurasakan; biasanya istriku hanya meremas-remas kontolku sambil menciumku. Yang orang ini lakukan benar-benar... merangsang. Aku bisa merasakan kontolku sangat tegang.

Saat itu kudengar suara resleting dibuka. Udara dingin masuk ke area selangkanganku, membuatku sedikit menggigil. Namun kemudian tangan yang hangat pun masuk dan memainkan kontolku, membuatku mengerang lagi. Aku merasakan celana dalamku dipelorot dan tangan hangat itu pun memegang batang kejantananku. Aaahhh nikmatnya dingin-dingin gini dapat kehangatan di batang itu... Aku bisa merasakan kontolku menyentuh udara dingin, namun tangan itu segera menggenggamnya dan dengan pelan mulai mengocoknya. Gila, orang ini lihai sekali, belum pernah kurasakan rangsangan yang begitu nikmat seperti ini, bahkan dari istriku... Kontolku pun mencapai ukuran maksimalnya, menegang ke atas, dan dikocok seorang pria yang tak kukenal.

Tak terlalu lama pria misterius itu mengocok kontolku; rupanya dia tahu kontolku sudah sangat keras. "Duduk yuk Pak Dhani, aku mau dipangku," ujar pria itu. Kuturuti perintahnya, dan aku pun membetulkan posisi tubuhku. Sekarang mataku terbuka lebar, dan kulihat pria itu memelorotkan celananya hingga ia telanjang bulat ke bawah. Kulihat kontolnya juga sudah tegang. Mungkin asyik juga memainkan kontol itu, pikirku dalam hati, namun kemudian akal sehatku menolaknya. Kau masih normal Dhani; kau normal! Mana ada pria normal main kontol!!! Tapi aku seakan disihir pria itu, yang kini melakukan sesuatu pada pantatnya, namun aku tak bisa melihatnya karena pria itu menghadapku sehingga yang kulihat hanya kontolnya yang merah dan berkedut-kedut. "Sebentar ya Pak Dhani, biar lancar," ujar pria itu menghampiriku, lalu kembali memegang kontolku, tapi aku merasa dingin. Rupanya pria itu mengoleskan pelumas di kontolku. "Mau apa kau?" tanyaku parau. "Biar licin Pak," jawabnya sambil mengolesi seluruh jengkal kontolku, bahkan ia mengolesi juga bola-bolaku. Aku mengerang pelan. "Siap ya Pak," ujarnya, lalu ia berdiri sambil tetap memegang kontolku, tapi kali ini ia seakan mengarahkannya ke sesuatu. Pria itu kemudian pelan-pelan menurunkan badannya, dan... ya ampun, ia berusaha memasukkan kontolku ke pantatnya! "Sodok ya Pak, nanti Pak Dhani diam saja, biar saya yang naik turun." "Tapi..."

Kalimatku tidak pernah selesai, karena saat itu aku merasakan kontolku memasuki sesuatu yang sangat hangat. Pria itu sedikit mengerang, tapi sebaliknya aku merasakan sensasi lain. Mirip memasuki istriku, tapi sempit banget rasanya... dan istriku mana pernah pakai posisi duduk begini... Paling kami biasanya pakai posisi misionaris biasa, kadang-kadang memang dia yang memegang kendali. Aku mencoba membayangkan istriku yang sedang berusaha memasukkan kontolku ke lubangnya, tapi aku tak bisa menghilangkan kenyataan bahwa seorang pria lah yang berusaha memasukkan kontolku ke lubang pantatnya, apalagi kami saling berhadapan sehingga yang tampak bukan payudara istriku, tapi kontol pria itu. "Siap ya Pak," seruannya membuyarkan pikiranku. Pria itu kemudian bergerak naik turun perlahan, dan serangan kenikmatan pun kembali kudapatkan. Astaga dahsyatnya sensasi ini, luar biasa nikmatnya... Aku dan pria itu pun mengerang bergantian, bahkan ketika pria itu mulai mempercepat gerakannya. "Seret bangetthhhh pantatmu, oooohhh enakkkk," desauku. Aku tak percaya bisa mengucapkan kalimat itu! "Iyaa Pak Dhaniii, kontol Bapakkk enaakkkhhh...," pria itu ikut mendesah. Sesekali pria itu mengocok kontolnya, dan aku antara ragu-ragu dan jijik ingin juga memegang dan mengocok kontolnya, namun gelombang kenikmatan dari kontolku seakan menghalangi akal sehatku.

"Pak aku mau keluarrr...," ujar pria itu tiba-tiba, mengurungkan niatku untuk mengocok kontolnya. "Pak Dhani sudah mau keluar belum?" Aku menggeleng, walaupun aku memang merasakan tekanan mulai terbangun di prostatku. Kalau diteruskan sepertinya aku juga nggak bakal tahan... "Jangan muncrat di bajuku!" sergahku. "Dibuka aja Pak," kata pria itu, lalu mulai membuka kancing pertama seragam satpamku. "Ngawur kau!" sergahku lagi, pura-pura sadar sepenuhnya, padahal aku juga menginginkannya. "Dingin tau!" "Nggak usah khawatir Pak, nanti terasa hangat kok." Pria itu terus membuka kancing bajuku dan aku pun tidak mencegahnya. Setelah terbuka seluruhnya, aku hanya melepaskan kedua tanganku dari baju seragam itu karena posisiku agak terhimpit. Kaos dalamanku pun ia buka, sehingga kini aku telanjang dada. Pria itu menghentikan gerakannya, walaupun aku goda dengan menggerakkan kontolku di dalam pantatnya, lalu mengagumi badanku." Gagah ya Pak Dhani, rajin olah raga nih pasti. Satpam idolaku Pak!" Aku tertegun, namun pria itu tidak memberiku kesempatan bereaksi karena ia mulai mengelus-elus perutku yang six pack itu. Kehangatan kedua tangannya cukup nikmat, membuatku mendesah pelan. Perlahan-lahan ia naik dan mengelus dadaku yang bidang. Hanya ada sedikit rambut di dadaku dan aku tidak mencukurnya. Pria itu memainkan puting susuku dan memelintirnya, membuatku mengerang agak keras. Gila, enak sekali sensasinya!

Pria itu memulai kembali gerakannya, sambil terus memainkan puting susuku, membuat aku melenguh seperti sapi. Rangsangan di kontol dan dadaku benar-benar terasa nikmat. Terbutakan oleh kenikmatan itu, aku akhirnya memegang kontol pria itu dan mengocoknya. "Ah pelan-pelan Pak!" jerit pria itu; rupanya kocokanku terlalu kasar. Aku tidak peduli dan terus mengocok kontolnya, dan tak terlalu lama pria itu sudah bisa menerima kocokanku. Kami berdua mengerang kesetanan; pria itu mempercepat gerakannya dan aku pun mempercepat kocokanku. "Paaakkk akuu mauu keluaarrrggghhhh...." desau pria itu. Kupercepat kocokanku, dan sebelum aku siap pria itu pun orgasme. Croooottt... ia menyemprotkan maninya cukup banyak dan belepotan, sebagian besar mendarat di dada dan perutku, sebagian bahkan mengenai mukaku. Baru kali ini aku merasakan mani seseorang di tubuhku, ternyata ini rasanya... hangat dan lengket... bahkan ketika ngocok pun aku tak pernah belepotan walaupun maniku juga tersemprot saat aku orgasme. Ngomong-ngomong orgasme, sepertinya aku juga ingin orgasme... "Aku juga mau keluar, aarrrgghhh..." Aku tak bisa menahannya lagi, maka kutembakkan maniku sekuat-kuatnya, tak peduli kontolku sedang berada pada pantat seorang pria. Tiga-empat tembakan dan perasaan lega menjalar di seluruh tubuhku. Pria itu mencabut kontolku dari pantatnya, lelehan maniku ikut keluar dan menetes ke mana-mana. "Bersihkan!" perintahku. Pria itu pun membersihkan ceceran mani di lantai dengan sehelai kain, namun ia membersihkan mani di badanku dengan... lidahnya.

Aku tertegun dengan aksinya menjilati mani di badanku, dan tak kuduga itu merangsangku kembali. Pria itu bahkan sempat menggodaku dengan mengocok kontolku sebentar, namun aku menghentikannya. Aku pun memakai bajuku, walaupun kubiarkan pria itu tetap meremas-remas kontolku yang sudah kembali masuk ke sarangnya. Namun akhirnya aku pun bimbang: kontol sudah tegang lagi, apa pria itu harus menyervisku lagi? Ah biarlah itu untuk cerita lain kali. Yang jelas, malam itu benar-benar menjadi malam tak terlupakan.

Rabu, 02 Februari 2011

Mangsa malam hari

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Malam itu aku sedang mendapat tugas patroli hingga pukul enam pagi. Sebenarnya aku agak malas mendapat giliran malam, tapi apa daya tugas harus dilaksanakan. Aku pun meluncur ke perempatan jalan TM-KS, karena di malam hari pengemudi cenderung mengabaikan lampu merah untuk belok kiri, padahal ada tulisan belok kiri mengikuti lampu. Benar saja, hingga pukul sebelas malam aku sudah menilang hampir sepuluh pengendara, rata-rata pengendara mobil, dan hampir semuanya minta damai. Oke lah, lumayan... tapi ada satu tujuan lain yang belum tercapai: mencari mangsa yang mau melepaskan ketegangan kontolku.

Well, malam itu aku memang horny berat. Celana dinasku yang ketat malah semakin menampilkan tonjolan kejantananku yang memang besar itu. Aku sendiri tak pernah mengukurnya, namun kutaksir panjangnya 12 cm saat lemas dan 18 cm saat tegang dengan tebal sekitar 3-4 cm. Aku sudah disunat dan aku cukup rajin mencukur bulu jembut, walaupun bulu itu hanya tipis saja tumbuhnya. Aku suka ngocok kalau lagi kepingin, tapi lebih enak lagi kalau ada yang mengocokkan, apalagi menghisap kontolku. Sudah lama sekali sejak cowok terakhir memainkan batang kejantananku, dan sayangnya aku kehilangan kontaknya. Itu sebabnya malam itu aku mencari cowok lain yang suka dengan kontol polisi. Dan tampaknya keinginanku segera terwujud.

Sekitar pukul dua belas malam jalanan mulai sepi. Udara jadi semakin dingin, malah membuat kontolku ngaceng tak karuan. Sesekali kuelus-elus kontolku itu, dan akhirnya ada lagi mobil yang melanggar lampu merah. Kuberi tanda mobil sedan itu untuk berhenti, dan si pengemudi rupanya menurut. Kuhampiri mobil itu dan si pengemudi menurunkan jendela mobilnya. "Malam Pak," sapanya terlebih dahulu dengan suara cukup berat, rupanya dia seorang cowok, kutaksir umurnya sekitar dua puluh limaan. Kubalas sapaannya, lalu kuminta SIM dan STNK-nya. Sejenak kuperiksa SIM dan STNK-nya, walaupun jelas tidak ada kesalahan apapun di kedua surat itu. Sengaja aku berdiri dengan posisi tegap menghadap jendela pengemudi. "Damai aja ya Pak," ujar cowok itu. "Biar cepat Pak, apalagi Bapak lagi ngaceng gitu. Mau saya bantu kah Pak?" Sejenak aku terdiam, apa salah dengar kali ya? Namun pendengaranku rupanya tidak salah, karena cowok itu berkata lagi, "Dingin-dingin gini memang bikin ngaceng ya Pak. Sini saya bantu hangatkan." Kemudian aku merasakan siku cowok itu menyentuh dan menggesek-gesek selangkanganku. "Wah sudah keras begini Pak, kasihan kalau dibiarkan aja, saya bantu ya?" Belum juga aku bereaksi untuk sekedar menakut-nakutinya karena sudah berani memegang kontol polisi tanpa izin, cowok itu sudah memijit-mijit kontolku. Kulihat sekeliling dan rupanya sepi sekali jalanan itu, jadi kukira tak apa lah aku main di dalam mobilnya. "Kau suka kontol polisi?" tanyaku. "Suka Pak." "Suka ngocok atau ngisep?" "Wah itu kesukaan saya Pak." "Mainin kontolku."

Aku pun masuk ke sisi pengemudi dan cowok itu pun menutup semua jendela, kebetulan sekali kaca filmnya cukup tebal jadi kukira akan sulit terlihat dari luar. Cowok itu tersenyum dan langsung membuka resleting celanaku. Kubiarkan ia berusaha mengeluarkan kontolku; ia pun mencoba membuka sabukku dan ternyata berhasil. Kontolku pun menyembul keluar dan langsung ia pegang. Cairan precum yang meleleh dari ujung kontolku langsung ia usapkan di kepala kontolku, memberikan sensasi yang tak terkira. Aku bersandar pada kursi dan menikmati permainan tangannya pada kepala kontolku yang masih terus mengeluarkan precum. Cowok itu rupanya lihai mengocok, dan hanya kepala kontolku yang dia kocok dengan perlahan, membuat aku semakin gelinjatan menikmatinya. "Isep," ujarku pendek, dan cowok itu langsung menelan batang kontolku hingga pangkalnya, dan menjilati bola-bolaku. Tangan kirinya memegang dadaku untuk menahan tubuhku yang bergelinjat akibat jilatannya, namun kemudian ia membuka satu-dua kancing seragamku dan memainkan putingku. Dengan rangsangan seperti itu, apalagi aku sudah horny dari tadi, tanpa bisa kutahan lebih lama lagi aku pun menembakkan spermaku di mulutnya, yang ia telan dan kulum sebagian untuk terus menggodaku dengan menjilati kontolku yang mulai lemas. "Enak banget permainanmu," bisikku. Cowok itu hanya tersenyum lalu membetulkan pakaianku, tapi ia tetap meremas-remas kontolku. "Kalau masih mau lagi, ke rumahku saja Pak, mumpung lagi tidak ada orang. Saya bisa perah kontol Bapak sampai pagi. Dijamin Bapak bakal minta terus deh!"

Maka aku pun membawa motorku ke rumahnya, dan benar saja, sepanjang malam itu aku diservisnya hingga empat kali, bahkan sampai seragamku belepotan spermaku dan spermanya di mana-mana. Sejak saat itu kami pun berteman, dan tiap kali kontolku ngaceng ia selalu siap untuk mengocok dan menghisap kontolku. Ia bahkan punya jaringan polisi penyuka kontol, dan aku pun akhirnya bisa juga menyodok pantat polisi lain, tapi itu cerita untuk lain kali. Jika Anda sering melewati perempatan itu, mungkin aku ada di sana, menunggu mangsa malam hari.