Minggu, 16 Desember 2012

Laporan Perkosaan (bagian 2)

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Tak terlalu sulit bagiku untuk menemukan alamat yang diberikan Zakaria. Rumah itu tidak terlalu besar, bahkan cukup sederhana. Semula aku hendak mengetuk pagar, namun karena saat itu hari sudah benar-benar larut malam, aku tak ingin membuat kegaduhan di tetangga. Apalagi seragamku saat itu cukup belepotan, bercak-bercak sperma Zakaria masih tersisa di sana-sini, walaupun sekarang aku mengenakan jaket. Akhirnya kuputuskan untuk mengirim SMS ke Zakaria. "Udah di depan," tulisku singkat. Kukirim SMS itu lalu kutunggu sebentar. Tak terlalu lama Zakaria pun keluar. "Ah udah kelar Mas?" sambutnya sambil membukakan pagar. Aku pun menuntun motorku masuk. "Udah Zak." "Lha nanti pagi nggak apel?" "Ya masa aku apel dengan seragam begini Zak? Bilang apa nanti aku sama komandanku... masa bilang habis kamu semprot..." Kami berdua tertawa kecil. "Gampang lah Zak, bilang aja aku kecapekan jadi ga bisa ikut apel, komandanku biasanya ngerti kok." "Bener nih ya Mas? Ntar kamu kena tindakan disipliner lagi..." "Ngga pa pa yang..." Kuyakinkan dirinya dengan mengecup keningnya. "Eh jangan di sini Mas, ntar ada yang lihat lagi, hehehe... Yuk masuk!" Walaupun mengatakan demikian, ia sempat meremas kontolku dengan cepat. "Udah tegang lagi nih Mas? Gila hebat bener!" Entah itu sindiran atau pujian.

Setelah masuk ke dalam dan mengunci pintu, aku pun langsung menubruk Zakaria dan menciumnya. Ia pun membalas ciumanku dengan mesra; sambil berciuman ia menggerayangi tubuhku yang masih terbalut seragam. "Kamu suka denganku?" tanyaku. "Suka Mas, Mas ganteng, badannya bagus, baik pula..." Saat itu tangannya sudah sampai di tonjolan kejantananku. "Apalagi barang yang satu ini Mas... gede, panjang, tahan lama..." Aku memeluk dan mendesah di telinganya. "Kamu suka barangku?" "Suka Mas..." Ia memainkan jari-jarinya di bola-bolaku, memberikan sensasi geli namun nikmat luar biasa. "Aaahhh... kamu nakal ya, suka main bola rupanya?" "Suka Mas, apalagi punya polisi." Ia meremasnya kuat-kuat, membuatku mengerang. "Ngilu Zak..." "Tapi enak Mas lama-lama." Ia mengelus-elus punggungku, menenangkan dan meredakan rasa ngilu di bola-bola kontolku. Aku hanya bisa mendesah lagi ketika ia mengelus-elus kembali bola-bolaku, dan akhirnya naik ke batang kontolku. "Mas yakin yah mau jadi pacarku? Aku nggak maksa lho Mas..." "Kamu sendiri gimana, mau ga jadian? Tapi mungkin aku harus tetap jaim Zak, cuma itu yang aku minta darimu." "Iya Mas, aku tahu kok, aku akan jaga rahasia Mas baik-baik. Dan aku akan melayani Mas sesering yang Mas mau." "Yakin nih kamu kuat?" "Eh nantang, siapa takut!" Ia pun membuka resleting celana coklatku dan merogoh ke dalam untuk mengeluarkan batang kontolku. "Mas kamu nafsunya beneran gede banget yah, udah basah gini kontolnya..." Ia mengelus-elus kepala kontolku yang sudah mengeluarkan precum, membuatku kegelian tak karuan, lalu ia mengocoknya pelan. "Ah..." Ia menyandarkanku ke dinding ruang tamu itu, sambil terus menggarap kepala kontolku, membuatku tak berkutik. "Pernah dikocokin Mas?" "Pernah, sama Parno yang kamu temui tadi di kantor." "Enak mana sama kocokanku?" "Enak kocokanmu Zak..." Ia kemudian menciumku kembali, tangan kanannya tetap mengocok-ngocok kepala kontolku. Aku pun tak mau ketinggalan mengerjai kontolnya; saat itu hanya mengenakan sarung yang langsung melorot begitu aku menjamah kontolnya. "Telanjang toh kau Zak..." "Iya Mas, panas di sini. Tambah panas lagi sama Mas, hehehe..." Aku dan Zakaria berciuman kembali cukup lama sambil mengocok kontol lawan, semakin lama semakin cepat. Tiba-tiba dia menghentikan ciumannya. "Kenapa Zak?" "Ga pa pa Mas, aku cuma pingin Mas peluk..." Aku pun melingkarkan tanganku di bahunya, memeluknya dengan kehangatan yang menenangkan. "Aku pingin menikmati suasana ini Mas." "Nikmati aja Zak, malam ini milik kita berdua." "Iya Mas. Aku layani Mas dulu ya, aku nanti saja." Aku tidak bisa menolaknya, dan akhirnya selama sepuluh menit ke depan ia hanya mengelus-elus kontolku yang ngaceng berat dan basah oleh precumku sendiri itu. Sepertinya ia menggodaku dengan bermain pelan. Aku sendiri hanya bisa menggelinjang merasakan kenikmatan yang ia berikan, terutama ketika ia mengelus-elus perbatasan kepala dan batang kontolku yang sangat sensitif. Aku berusaha keras untuk tidak keluar cepat-cepat, aku juga ingin menikmati malam ini selama mungkin... Keringatku mulai bercucuran, kembali membasahi seragamku. Aku pun memejamkan mata menikmati rangsangan dari Zakaria. "Mau keluar Mas?" tanyanya. "Dikit lagi Zak, boleh dikeluarin ga?" Ia tidak menjawab, malah memainkan lubang kencingku dengan jarinya. "Zak..." desahku. Sedikit ngilu tapi nikmat. "Boleh ga nih?" Ia malah mengelus-elus bola-bolaku yang mulai merapat ke tubuhku. "Aaaaahhh... Zaaakkk..." Kutahan sedikit lagi nafsuku, namun elusan Zakaria benar-benar membuatku melayang. Bahkan sekarang kedua tangannya mengerjai kontolku tanpa henti; satu mengelus-elus bola-bolaku, satu mengocok batangku dengan lembut. Aku mendesah tak karuan, menggelinjang tanpa henti, mencoba menahan desakan spermaku yang sudah mau muncrat. "Zaakkk... mau keluaarrr... mmmhhh..." Eranganku terhenti karena ia menciumku, tangannya tetap mengocok-ngocok batang kontolku. Aku pun berjingkat menahan sensasi itu, namun akhirnya...

"Mmmmmhhhh..." Pinggulku seakan tak bisa dikontrol, terhentak ke depan ketika aku pun akhirnya orgasme, namun Zakaria mencegah kontolku menyemprotkan sperma. Ia menekan batang kontolku dengan kuat, mengurutnya hingga ke kepala kontolku sambil tetap menekannya dengan kuat. Aku bisa merasakan kontolku berdenyut-denyut protes karena tekanan spermaku yang kuat. Bola-bolaku disentilnya, membuatku rasa ngilu itu kembali lagi, tapi rasa itu menambah kenikmatan orgasmeku. Aku hanya ingin muncrat sekarang supaya puas, tapi Zakaria sepertinya mencegah kontolku muncrat. Aku merasa batang kontolku penuh dengan spermaku sendiri. Zakaria hanya menatapku sambil tersenyum; aku sendiri terengah-engah dan berjingkat menahan desakan kontolku untuk muncrat. Cukup lama kepala kontolku digenggam dengan kuat sampai akhirnya kontolku melemas, walaupun desakan spermaku masih ada. "Zak... kamu apain kontolku... keluarin please..." "Sabar Mas, aku pingin liat spermanya Mas meleleh keluar dari kontol Mas..." "Ah nakalnya kamu Zak, aku ini polisi lho! Nakal-nakal kutangkap kamu, kupenjara lho..." "Mas kan udah menangkap dan memenjara hatiku. Aku rela dipenjara seumur hidup kalau yang nangkap Mas.... Tapi sekarang Mas yang tertangkap basah. Polisi ga boleh muncrat cepat-cepat Mas!" "Lha itu tadi sudah lama kan..." "Ga boleh muncrat kalau belum aku bolehin!" "Siap Komandan!" ujarku sambil memberi hormat. "Kalau muncrat sebelum waktunya dihukum seperti ini, kontolnya kuborgol!" "Siap Komandan!" "Tapi karena ini pengalaman pertama, ya sudah deh..." Tanpa melepaskan pegangannya pada kontolku, Zakaria pun berjongkok di depanku, lalu sedikit mengurut-urut kontolku dari atas ke bawah, membuatku merasakan spermaku bergejolak antara kembali ke pabriknya atau tetap keluar. "Siap ya Mas?" Aku lagi-lagi memberinya sikap hormat, dan ia balas dengan menjilati kepala kontolku. Tidak siap, ditambah kontolku yang menjadi sensitif setelah orgasme, aku pun berjingkat kegelian. "Geli Zak..." "Tahan Mas, ini bentar lagi pasti berdiri lagi kontolnya. Mengabaikan rasa geliku, ia pun menjilati bola-bolaku. Aku pun mendesah kenikmatan, dan kontolku mulai berdiri kembali; spermaku yang sedari tadi tertahan mulai kembali mendesak untuk keluar. "Zak..." Ia menjilati batas kepala kontolku, dan akhirnya ia melepaskan genggamannya. Anehnya, spermaku tidak berlomba-lomba untuk keluar, bahkan sebenarnya hanya sedikit yang keluar. Spermaku masih terlihat kental walaupun aku sudah dua kali keluar tadi, meleleh keluar dari lubang kencingku. Zakaria terlihat menadahkan lidahnya di dekat lubang kencingku untuk menadah spermaku yang menetes perlahan. "Dikit amat Mas, keluarin lagi dong...," rengeknya. "Boleh nih Ndan?" godaku. Ia menjawab dengan mengurut kontolku dari pangkal ke ujung, membuat sperma yang tersisa ikut keluar dan sekaligus membuat libidoku menggelegak kembali. "Aaahhh Zak..." Kontolku dengan cepat mengeras kembali tanpa bisa kucegah. Setelah tidak ada lagi yang menetes, Zakaria pun bangkit berdiri dan menciumku, memindahkan sperma yang ada di lidahnya ke lidahku. Jarang-jarang ada orang yang melakukan itu denganku. Kami berdua merasakan gurihnya spermaku, tapi sialnya ia mengocok-ngocok lagi kontolku. Aku mengerang dalam ciumannya hendak protes, tapi kocokannya justru dipercepat. "Mmmmhhh..." Kembali desakan itu muncul, bahkan lebih hebat dari sebelumnya. Aku mendorong tubuhnya untuk melepaskan ciumannya. "Zak..." "Keluarin lagi Mas..." Tanpa membuang waktu ia pun kembali berjongkok di depanku, kali ini langsung melahap kontolku dengan ganasnya. "Aaaaahhh..." Hisapan mautnya membuatku sulit bertahan, tapi aku harus melawannya. Aku ingin dia mendapatkan spermaku dengan susah payah, atau harga diriku sebagai polisi perkasa akan turun. Aku menengadah dan berjingkat sambil menahan desakan untuk muncrat, selagi Zakaria terus melancarkan serangan mautnya. Kontolku dihisapnya dengan begitu ganas, bahkan bola-bolaku pun dipeluntirnya. Rasa ngilu itu malah sekarang kunikmati; peluhku bercucuran kembali. Siapapun yang melihatku sekarang ini pasti menduga aku sedang bekerja keras, dan memang betul, aku sedang bekerja keras menahan diri untuk tidak muncrat selama mungkin.

Tapi sepertinya aku harus takluk oleh Zakaria... Pertahananku mulai runtuh, otot-otot tubuhku mulai tidak bisa dikendalikan... Aku seakan mengejang tak karuan, dan akhirnya aku melolong panjang. "Ooooooooohhhhhh....." Kali ini Zakaria tidak lagi menekan batang kontolku, tapi ia tidak membiarkan aku menusukkan kontolku dalam-dalam, malah ia berusaha agar hanya kepala kontolku saja yang ada di mulutnya. Bibirnya mengatup kontolku dengan erat, dan ia mengisap-isapnya selagi akhirnya aku memuncratkan spermaku kembali. Bola-bolaku digenggamnya dan ditarik-tarik seperti memerah spermaku. Entah berapa kali aku muncrat, aku benar-benar melayang dibuatnya. Bahkan sepertinya aku mulai oleng, pandanganku mulai kabur, dan aku bisa merasakan tubuhku merosot sebelum akhirnya Zakaria menopang tubuhku. "Capek ya Mas?" Aku hanya bisa mengangguk lemah, tak kuduga permainannya kali ini sangat menguras tenagaku. "Mas istirahat saja dulu, kuantar ke kamarku." Ia membopongku ke dalam kamar, dan melihat kasur pun aku langsung merebahkan diri. Pandanganku mulai gelap...


Perubahan alamat blog

Halo semuanya,

Saya baru menyadari bahwa alamat blog ini bisa diganti. Dengan digantinya alamat blog, otomatis blog ini bisa diakses kembali dari ISP manapun, selama belum terdeteksi kembali. Untuk itu, sampai saya kehabisan ide untuk alamat blog, silakan ikuti twitter saya di @feirdand untuk alamat terbaru blog ini atau untuk update lainnya.

Alamat blog ini untuk sekarang berubah menjadi http://feifantasy.blogspot.com.

Sekarang saya hendak melanjutkan salah satu cerita, mudah-mudahan masih dapat feel-nya.

Thanks,

Selasa, 11 Desember 2012

New Stories

Untuk menjawab beberapa komentar sebelumnya, saya menulis entri ini.

Mohon maaf jika selama beberapa bulan terakhir ini saya tidak menulis cerita baru maupun melanjutkan yang sudah ada. Saya sedang menempuh studi di luar negeri, dan walaupun blog saya tidak diblok, kesibukan studi membuat saya tidak sempat untuk berfantasi lebih jauh. Selain itu, di negara yang saya tinggali sekarang ini, kegiatan homoseksual jauh lebih tertutup dibandingkan di Indonesia, bahkan sudah dikategorikan pelanggaran hukum jika melakukan oral. Penjaga keamanan (polisi, satpam) pun jarang ditemui, sehingga tidak ada fantasi lebih lanjut yang bisa saya tuliskan.

Mudah-mudahan setelah studi saya selesai dan saya kembali ke Indonesia, fantasi-fantasi itu bisa berlanjut kembali, dan bahkan menjadi kenyataan untuk dituliskan menjadi sebuah cerita.

Satu hal lagi, jika akses ke blog ini diblok, gunakan anonymizer atau free proxy (setahu saya Opera Mini bisa). Dukung kebebasan ber-Internet di Indonesia.

Saya juga baru buat twitter, masih belajaran jadi mungkin masih acak-acakan isinya. Yang mau bisa follow back di @feirdand.

Thanks,