Senin, 30 Januari 2012

Satpam Kantor

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Sesekali saya akan menyalin cerita dari sumber lain yang saya anggap menarik. Kalau Anda kebetulan adalah pemilik cerita ini dan keberatan cerita Anda disalin, silakan hubungi saya dan cerita tersebut akan ditarik.

Cerita ini diambil dari blog NakalBanget.

Ehm, lama kuperhatikan Pak Wanto, satpam kantor itu. Umurnya hampir 40an, namun badannya masih bagus di balik pakaian satpam hitam2 yang ketet itu ,dan lumayan tinggi walau sedikit ‘ndut’, item, kumisan tipis yang tampak bekas cukuran. Terus terang, aku ada ‘nafsu’ ama dia. Gw banget.

Ada satu kebiasaannya yang membuatku keki. Dia senang sekali mencolek pantatku. Tambah hari kok pantatnya tambah seksi aja sih mas, celutuknya seraya mencolek pantaku bahkan kadang2 meremas kayak gemas gitu. Dan, biasanya hal itu ia lakukan saat aku melewatinya. Bahkan ga peduli betapa banyaknya teman2 sekantor yang tertawa menyambut leluconnya. Awalnya sih aku risih tapi selanjutnya aku cuek.

Ada satu hal yang menarik dari lelaki itu. Sungguh aku penasaran tonjolan yang menggunung di selangkangannya itu. Aku menelan ludah membayangkan ukuran kemaluannya. Aku jadi ‘terobsesi’ ingin menikmatinya.

Nah, hari itu, pertengahan Maret 2007, aku ketemu pak Wanto di lorong menuju toilet. Nampaknya dia baru selesai dari kamar kecil. Melihatku dia mengangguk dan tersenyum nakal. Aku berdebar, duh, gundukan itu membuatku makin penasaran

“eh, mas. Mau ke toilet ya?” sapanya mencoba ramah.

“ya, rame ga di dalam?”

“Ga mas. Sepi aja”

Aku melewatinya dan lagi-lagi tiba-tiba aku rasakan tangannya mencolek pantatku. Pak Wanto tertawa nakal.

“senang ya pak sama pantat saya?”tembakku.

“hehehe.. Bahenol..”

Aku tersenyum ragu membalas tawanya.

“sini deh Pak”panggilku agar dia mendekat. Dia yang semula mau berlalu, memandangku dan melihatku begitu serius segera mendekat.

“ada apa mas?”

“ehm… Saya penasaran Pak” jawabku, “ini apa sih? Kontol atau apa??”

Entah keberanian darimana, tanganku meremas gemas gundukan di selangkangan pak Wanto. Pak Wanto nampak kaget. Namun, ntah dia ga sempat menghindar atau memang pasrah, ga ada perlawanan dari dia.

“Membalas saya ya mas??” ujarnya sambil tertawa

“Habisnya bapak sering nyolek pantat saya. Ya, sesekali dong saya balas saja”

Pak Wanto tertawa lepas. Tanganku yang semula cuma sebentar meremas gundukan itu, kembali dengan berani meremasnya dengan gemas.

“ ini kontol atau apa pak,” celutukku nakal, “kayaknya gede banget Pak”

Pak Wanto nampak tidak menolak saat aku meremas-remas lagi dengan gemas kemaluannya. “ya kontol lah mas. Masa pentungan??” jawabnya sambil tertawa sumbang, mungkin risih karena tanganku masih menempel dan meremas-remas di sana.

“masa sih Pak,” aku kejar terus, ”gede ya Pak?”

“Iya lah. Ini aja belum bangun tuh”

“Akh, ga percaya”

“mau liat??” tiba2 dia menanyakan hal itu. Ehm…

“memang boileh saya liat?”

“klo mas mau buktiin,” tukasnya, “saya buka sekarang”

“Eh, jangan di sini Pak” cegahku saat dia mulai menurunkan risluting celananya, “di dalam, ntar ada yang liat kan malu tuh..”

“ Oh iya ya.. Lupa.. Hehehehe”

Di dalam, lantas kami memilih salah satu toilet di sudut ruangan dan tentu yang tertutup.

“nah, di sini kan aman Pak”

“Jadi mau liatnya?”

“Boleh. Saya penasaran segede apa sih”

Srettt.. Pak Wanto menurunkan risluting celananya lalu tangannya mencoba menyusup ke dalam celananya. Agak kesulitan baginya. Akhirnya, dilepasnya sabuk di pinggangnya melepas pengait celana kain bewarna gelap dan ketat itu. Kulihatlah sekilas gundukan itu dibalik balutan CD coklat tua. Akhirnya….

“Wah, astaga Pak,” gumanku kagum, “gede panjang Pak”
Pak Wanto tertawa seakan bangga dan mungkin senang karena mendapat pujian. Ya. Benda bulat panjang itu berada dalam genggamannya, masih lemas tentu saja, berjuntai indah dengan kepala besar mengecil ke pangkal batangnya yang ditumbuhi bulu lebat, yang pasti tidak pernah dicukur. Benda itu kian eksotik di mataku dengan warnanya yang gelap

“Nah. Sudah percaya kan?” ujar Pak Wanto seraya akan memasukan kembali ‘ular’ itu ke dalam sarangnya.

“Bentar Pak… “ cegahku, “saya belum puas melihatnya….”
Nekad aku pegang benda itu, terasa hangat. Pak Wanto tidak bisa menolaknya. Kugenggam dengan lembut benda itu.
“hihihihi.. Liat Pak,” ujarku, “warna kontol bapak di bandingkan dengan warna tanganku. Kontol bapak jauh lebih hitam tuh”

“Akh.. Mas ini bisa saja.”

Pak Wanto nampak pasrah membiarkanku menggenggam kemaluannya sambil berdecak kagum.

“Pak, ini aja belum bangun udah gede,”pujiku lagi, “gimana klo sudah bangun ya?”

Pak Wanto hanya tertawa kecil mendengar celotehku.

“Coba kita bangunkan yuk” ujarku nakal seraya mengocok pelan kemaluan Pak Wanto.

“Akh.. Kok dikocok mas?”

“Biar aja Pak, “pintaku, “saya pengen liat kontol bapak ini sebesar apa klo sudah mengeras”

“Jangan mas,” tolak pak Wanto, “Nanti klo sudah bangun gimana?”

“Cuman sebentar aja Pak”

“saat ini istri saya lagi datang bulan” terang pak Wanto, “Ntar saya salurkan ke mana? Ini aja sudah 4 hari ga dapat jatah”

“Tenang aja pak….”

Tak sabar lagi aku menanti lama. Aku segera jongkok dan mulai menjilati kepala kemaluan Pak Wanto. Sebentar saja kumasukan kepala kemaluan itu ke dalam mulutku. Aku permainkan dengan lidahku.

“ Mas……”

Pak Wanto nampak berusaha menarik kepala kemaluannya dari dalam mulutku.

“biar aja Pak” pintaku di sela-sela menyedot-nyedot kepala itu, “aku pengen ngisep kontol bapak yang gede”
Aku berusaha sedalam mungkin memasukkan kontol yg masih layu itu ke dalam mulutku hingga menyentuh pangkalnya. Kurasakan bulu-bulu jembutnya yang lebat menggelitiki bibirku. Kurasakan denyut kemaluan pak Wanto dalam mulutku. Puas mengulum benda itu samapi ke pangkalnya, aku mulai memaju-mundurkan mulutku sambil kugelitiki dengan lidahku.

“mas…..”

Pak Wanto nampaknya tidak kuasa menolak lagi. Kemaluannya berdenyut, memanjang, membesar dan tentu saja menegang. Membuatku agak kesulitan mengulum benda itu. Kugenggam pangkal batangnya itu sementara itu aku kian gencar menyedot-nyedot kepala dan sedikit batangnya.

Ada yang kurasakan kurang saat itu. Yah.. Aku kepengen menjilati biji kemaluannya. Segera aku pelorot celananya hingga ke pahanya. Kuangkat kemaluannya yang mulai mengeras itu, kuperhatikan kepala kemaluan itu menyentuh pusarnya yang berbulu lebat merambat ke atas dan ke bawah.

Owww.. Dua buah biji kemaluannya nampak menggantung indah, hitam dan besar pula. Tak sabar aku jilati keduanya bergantian, membuat Pak Warto menggelinjang. Kusedot2 dengan ganas.

“mas…”

Selanjutnya, kembali aku mengisap kepala kemaluannya yang membengkak walau kemaluannya belum begitu maksimal menegang. Kulumat-lumat dengan gemas. Kurasakan tubuh Pak Wanto bergetar-getar.

“mas… Saya mau keluar….”

Pak Wanto seakan mau menarik kemaluannya dari dalam mulutku, ia seakan ga mau air kenikmatannya membuncah dalam mulutku.

“Euhmm… Euhmmm….”

Aku menahannya agar tidak menarik kemaluannya dari dalam mulutku. Suaraku agak tidak jelas karena tersumpal kemaluannya..

“Akh…… Awas mas…”

Aku kian gencar mengisap-isap kemaluan pak Wanto, tubuhnya kian bergetar hebat dan akhirnya…
Crot… Crot… Crot..

Cairan kental hangat dengan bau khas membuncah dari kepala kemaluan Pak Wanto membanjiri mulutku. Saking banyaknya sebagian meleleh di luar bibirku dan menetes ke lantai. Sementara itu yang tersisa di dalam mulutku tertelan masuk tanpa terkontrol… Namun, aku terus mengisap-isap kemaluannya.

“udah mas…..” rintih pak Wanto karena aku masih saja menyedot-nyedot kemaluannya yang item itu mulai melemah dan mngecil.

“Ih, saya belum puas Pak. Kok udah keluar sih?”

“Baru kali ini mas saya dikulum sedemikian enaknya….” ceritanya malu-malu.

“masa?”

“iya. Kebanyakan cewek2 ga mau lama2 ngulum soalnya katanya kebesaran. Bikin cape”

Pak Wanto keluar duluan dari toilet, sementara itu aku keluar terakhir setelah menuntaskan HIP (hak ingin pipis) yang sedikit tertunda tadi.

Saat aku keluar, kulihat pak Wanto masih berada di situ di dekat wastafel sambil merokok. Dia tersenyum nakal dan aku membalasnya dengan canggung.

“Kenapa Pak?” tanyaku seraya membasuh wajahku dan kumur2 di wastafel.

“Ehm, mas sering ya ngulum kontol?” tanyanya, “kayaknya lihai banget”

“Iya…”

“oh… Pantesan enak banget”

“ Tapi bapak cepat keluar, saya kan belum puas”

“Saya udah 4 hari ini ga dapat jatah dari istri, mas” jawabnya, “jujur, tadi di toilet saya lagi ngocok tapi ga selesai soalnya ada Pak Andi sama Pak Ali masuk ke dalam. Saya takut ketahuan. Kan malu” ujar pak Wanto. Pak Andi adalah kabag di kantor kami. Orangnya ganteng dan aku sebenarnya suka tapi aku ngerasa illfeel aja sama dia soalnya he don’t have any bulge on his pants. Kayaknya punya cowok itu kecil aja. 7 tahun berkerluarga, dia belum juga mendapat momongan, kasian dia. Sedangkan Pak Ali wakil direktur, orangnya sih Ok tapi sama lah, setali 3 uang dengan pak Andy, kayaknya punya dia kecil juga walau demikian anaknya sudah 3 orang.

“Bapak mau tahu nggak?” kataku sambil melirik gundukan selangkangannya yang masih saja terlihat menggunung, “air mani bapak enak banget.. Gurih…”

“Hah?!… “dia kaget, “mas minum mani saya??”

Aku tersenyum melihat kekagetannya.

“Pak, saya ke ruangan dulu ya…” Aku pamit dan sekali lagi kuremas the hot bulge itu. Pak Wanto tidak menolak saat tanganku meremas selangkangannya.

Sejak kejadian di toilet, Pak Wanto dan aku masih bersikap biasa saja dan dia masih usil mencolek pantatku. Dan sesekali saat tidak seorang-pun di dekat kami, aku remas selangkangannya. Tapi, kami tidak pernah melakukannya di kantor lagi. Sesekali pak Wanto berkunjung ke kontrakanku sehingga aku bisa menikmati kejantanannya sepuasnya. Suatu saat akan kuceritakan saat2 dia berkunjung ke rumahku.

Ada yang aneh dari sikap teman-teman satpamnya. Mereka selalu memandangiku dengan tatapan nakal dan senyum aneh. Namun, aku cuek saja. Aku rasa aku mendapatkan kesempatan lagi untuk mendapatkan lelaki str8 yang haus seks. Hehehehe

Minggu, 22 Januari 2012

Video penakluk polisi (bagian 2)

Aldy mengamati kontol yang ada di depan wajahnya sekarang. Kontol Pak Syaiful sudah disunat ketat; kepalanya yang berwarna coklat kehitaman kini tampak agak memerah. Urat-urat tampak di sepanjang batang kontol itu, yang Aldy taksir panjangnya hampir 20cm. Karena penasaran, ia ambil penggaris. "Bapak pernah ukur panjang kontol Bapak?" tanyanya iseng. "Belum Dik, ngapain juga diukur..." "Kalau gitu saya ukur ya?" Ia pun menyibak jembut sang polisi yang cukup lebat, dan mulai mengukur. "Wah Pak panjang bener nih, 21 cm!!!" Pak Syaiful hanya tertawa pendek, senang sepertinya. "Tebalnya, hmmm... 5 cm! Gila bener Bapak, istrinya pasti puas nih!" "Ah Adik bisa saja," ujar Pak Syaiful. "Kali ini saya yang akan memuaskan Bapak."

Setelah meletakkan penggaris, Aldy pun memulai aksinya. Ia mulai dengan menjilati kedua testis polisi itu. Pak Syaiful yang tak pernah dibegitukan oleh istrinya langsung mengerang. "Ooookkkhh Diikkk..." "Kenapa Pak? Enak kan?" "Mmmmhhh..." Pak Syaiful pun kini tak sungkan-sungkan melihat Aldy menggarap kontolnya. Matanya telah dibutakan kenyataan bahwa yang memainkan kontolnya adalah seorang laki-laki, yang tak pernah terjadi sebelumnya. Sesekali Aldy mengeluarkan jembut Pak Syaiful yang masuk ke mulutnya. Ia lanjutkan dengan menjilati pangkal paha Pak Syaiful. Ditambah dengan usapan pada kepala kontolnya, Pak Syaiful melenguh panjang. "Ooooookkkhhhh..." Tanpa diduga Pak Syaiful bangun dan segera menepis tangan Aldy dan menjauhkan wajahnya. "Lho kenapa Pak? Saya kan belum selesai," tanya Aldy kecewa. "Tunggu sebentar Dik," jawab Pak Syaiful terengah-engah. "Saya mau keluar..." "Waduh Pak baru sebentar masa udah mau keluar?" "Maklum Dik, sudah lima hari nggak dapat jatah... Mau ngocok kok nanggung..." "Tapi bisa muncrat berkali-kali kan?" pancing Aldy. Pria seperti Pak Syaiful sepertinya bakal terpancing jika ditantang masalah kejantanannya. "Kau mau bukti?" Bagus, ia terpancing! Aku bisa dapat lebih dari dua ronde!

Pak Syaiful kembali merebahkan badannya. "Ayo, lanjutkan!" "Bapak berdiri saja, entotin mulut saja. Anggap aja kaya memek istri Bapak." Pak Syaiful pun menuruti perintah Aldy. Dengan posisi gagah ia berdiri, dan Aldy pun mulai beraksi. Precum yang meleleh dari kontol polisi itu pun ia jilat-jilat sampai ke lubang kencingnya, membuat Pak Syaiful merem melek. "Akh..." Aldy kemudian merangkul pantat Pak Syaiful dan mulai mendorongnya, memasukkan kontolnya ke mulut Aldy. Mulut Aldy yang sengaja disempitkan membuat Pak Syaiful meracau, "Akh... Sempit bangeth..." Tidak semua batang kontol Pak Syaiful mampu masuk karena besarnya, tapi Pak Syaiful langsung mendorong pinggulnya maju mundur seakan-akan ia mengentot istrinya. "Akh akh akh..." Keringat bercucuran membasahi keningnya dan seragamnya sekalipun kamar Aldy ber-AC. Aldy meremas-remas pantat Pak Syaiful yang ranum itu, di dalam hati ia bertekad untuk mendapatkan lubang pantat Pak Syaiful yang pasti masih perawan. "Dikkhh akuuu mauuu keluaaarrrhhh...," erang Pak Syaiful. Ia mempercepat entotannya seperti kesetanan. Aldy pun mulai merasakan kontol Pak Syaiful semakin membesar, maka ia pun melakukan sesuatu yang jarang dilakukan orang-orang.

Tepat ketika Pak Syaiful hampir mencapai puncak, Aldy memukul salah satu testis polisi itu.

Tak siap dengan serangan mendadak itu, erangan nikmat Pak Syaiful berubah menjadi erangan kesakitan. "Ugh..." Badannya bergetar seperti tersetrum. Refleks ia menunduk seperti layaknya orang yang dipukul kontolnya, membuat kontolnya tercabut dari mulut Aldy. Namun, dengan cepat rasa nikmat yang lain ikut menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya berteriak, "AAAAGGGHHH!!!" Croooottt... Tanpa diduga, pukulan itu justru membuatnya orgasme. Spermanya berebut muncrat dari kontolnya, mengenai muka dan rambut Aldy dengan kecepatan tinggi. Tembakan berikutnya melesat di atas kepala Aldy dan jatuh di ranjang, dan Aldy mendaratkan satu pukulan lagi pada testis Pak Syaiful yang lain. "Ogh..." Croooottt... Sperma itu muncrat sampai ke dinding kamar Aldy. Rasa sakit bercampur nikmat mempengaruhi otak polisi itu, memerintahkan kontolnya untuk menembakkan sperma lebih jauh lagi. "Hhhh..." Aldy menekan kepala kontol Pak Syaiful keras-keras, membuat kontol itu berkedut-kedut begitu saja selama tiga tembakan. "Diiikkk..." Dengan cepat Aldy kembali memasukkan kontol itu ke mulutnya, dan Pak Syaiful pun mendapatkan rasa lega yang amat sangat. "Ooooohhhhhh..." Croooooottttt... Aldy merasakan tenggorokannya mendapatkan cairan kental dan hangat yang cukup banyak, membuatnya sedikit tersedak. Lima tembakan sperma berikutnya dinikmati Aldy, dengan rakus ia meneguk cairan kejantanan polisi itu. Badan Pak Syaiful pun berhenti mengejang dan pancarannya mulai berhenti. Nafasnya memburu. "Ooooohhhh..." Aldy memberikan sentuhan terakhir dengan membersihkan kontolnya dengan lidahnya. "Akh Dik geli..." Begitu kontolnya tercabut dari mulut Aldy, Pak Syaiful langsung merebahkan diri di ranjang dan bernafas lega.

"Gimana Pak?" tanya Aldy sambil ikut berbaring di sebelah Pak Syaiful tanpa memedulikan sperma yang membasahi ranjangnya. Pak Syaiful tidak menjawab, ia masih mengatur nafasnya. Aldy pun menggenggam kontol polisi itu dan meremasnya pelan. "Akh Dik... Masih ngilu nih..." "Tapi enak kan Pak, muncratnya banyak gitu." "Iya sih Dik..." "Istirahat dulu aja Pak..." Aldy pun mengelus-elus kontolnya, dan ia pun menurunkan celananya tanpa malu-malu. Kontolnya jelas kalah panjang dibanding kontol Pak Syaiful, tapi tebalnya kira-kira sama. "Besar juga punya Adik," komentar Pak Syaiful. Aldy hanya tersenyum, lalu ia mengocok kontolnya sampai tegang. "Sini saya kocokkan!" Aldy agak bingung, mana ada orang straight mau mengocokkan kontol pria lain? Kebingungannya langsung digantikan rasa nikmat ketika polisi itu mulai mengocok kontolnya. Tangannya yang kasar memberikan sensasi berbeda. "Aaakkhh Pakkk..." Pak Syaiful sepertinya terlatih mengocok kontol, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan. "Sering ngocokin Pak?" "Dulu sih, waktu masih taruna, kan ga mungkin sama cewek." "Enak Pak... Ooowwwhh mmmhhh..." Tak terlalu lama Aldy pun muncrat.

"Jadi gimana Dik, udah puas?" "Belum Pak..." "Sudah malam Dik, nanti saya dicari istri saya..." "Bilang aja dapat tugas mendadak Pak..." "Jangan Dik, kemarin saya sudah pulang malam..." Pak Syaiful pun bangkit dan membenahi diri hingga kembali berseragam lengkap. "Ayolah Pak, masih jam enam ini..." Aldy menggelayut manja pada pinggang polisi itu. "Sekali lagi ya?" rayunya sambil mengelus-elus selangkangan Pak Syaiful. "Jangan Dik... Izinkan saya pulang." "Bentar aja Pak, janji deh, lima menit aja." Rabaan Aldy rupanya membuat kontol polisi itu perlahan bangun lagi. "Ini bangun lagi..." "Besok saja lagi Dik, saya kebetulan tugas siang, nanti dari pagi saya ke sini. Bagaimana?" "Awas kalau Bapak bohong, saya sebarkan video Bapak!" ancam Aldy sambil meremas kontol polisi itu dari belakang. "Akh... Saya janji Dik!" "Apa buktinya?" "Kalau besok jam tujuh setelah apel pagi saya tidak ke sini, Adik silakan sebarkan video saya." "Saya pegang kata-kata Bapak. Bapak jangan bilang siapa-siapa kalau Bapak masih ingin jadi polisi." Pak Syaiful pun mengangguk. "Satu lagi Pak permintaan saya." "Iya Dik saya turuti." Aldy pun memeluk polisi itu dari depan dan berbisik, "Makasih Pak sebelumnya, tapi saya pingin nyoba melakukan ini, dan saya tahu Bapak pasti mampu." Tanpa peringatan Aldy mengangkat lututnya dan menendang kontol polisi itu. "Ugh..." hanya itu yang keluar dari mulut Pak Syaiful selagi ia merunduk kesakitan, namun Aldy tetap memeluknya dan berbisik, "Saya tunggu besok jam tujuh pagi." Ia mengantar Pak Syaiful yang agak tertatih-tatih menahan sakit di selangkangannya keluar rumah.

Tanpa diketahui Pak Syaiful, Aldy mengunggah video itu ke situs porno Xtube, setelah tentu saja ia edit untuk menyamarkan identitas Pak Syaiful. Komentar pun berdatangan, rata-rata memuji video tersebut. Namun ada permintaan untuk membuat video yang lebih "ganas", bahkan permintaan threesome dengan satu polisi lagi. Aldy pun berpikir keras untuk memenuhi permintaan itu. Bagaimana caranya? Mungkinkah threesome dengan dua polisi straight? Apa yang direncanakan Aldy untuk Pak Syaiful esok pagi? Akankah Pak Syaiful datang?