Selasa, 12 Januari 2016

[Catatan] Missing In Action...? [Update 1]

Halo semua,

Kali ini saya pingin minta pendapat teman-teman. Pacar saya mendadak tidak ada kabarnya begitu saja sejak 8 hari yang lalu, padahal terakhir masih aktif di Line. Dia setiap hari selalu membalas pesan di Line, sesibuk apapun itu. Kalaupun harus dinas ke luar, dia selalu memberi tahu jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi, kali ini nggak ada kabar sama sekali, Line tidak dibalas. Terakhir, dia memang memberi tahu kalau akhir pekan kemarin bakal sibuk, jadi saya baru bisa menemuinya akhir pekan ini. Namun, ternyata sejak awal pekan yang lalu dia tidak ada kabar. Saya jadi khawatir betul...

Masalahnya saya cuma punya Line-nya saja, tidak ada nomor telepon (pernah minta tapi nggak dikasih), dan nama asli. Pencarian dari nama asli nggak menghasilkan apapun selain FB-nya yang ditutup untuk umum (sudah nggak bisa add friend lagi bahkan; saya coba kirim pesan pun nggak pernah dibalas). Twitter sudah lama sekali tidak pernah dia akses. Lainnya hanya berita-berita lama waktu dia masih bertugas di luar negeri.

Kira-kira kenapa ya? Apa yang bisa saya lakukan untuk berusaha mencari kabar tentangnya, selain menunggu? Rencana untuk berkunjung ke sana otomatis batal karena saya nggak tahu tempat tinggalnya (selain kotanya dan fakta bahwa tempat tinggalnya dekat dengan landmark tertentu). Saya juga nggak tahu nama kesatuannya, hanya pangkatnya saja (tapi dicari nggak ketemu). Adakah saran dari teman-teman sekalian?

Semoga saja dia nggak kenapa-kenapa...

Sementara itu, saya berusaha melanjutkan cerita tentang polisi dan orang cebol, ditunggu saja yah. Catatan ini akan saya perbarui begitu ada kabar darinya (mohon doanya yah semoga itu kabar baik).



Sayang, kalau kamu baca pesan ini, kabari aku ya. Kalau aku memang ada salah, kasih tahu aja, jangan tiba-tiba menghilang. Aku nggak merasa ada salah di percakapan terakhir kita, tapi kalau memang aku salah, aku minta maaf. Sudah seminggu lebih aku selalu deg-degan kalau Line bunyi, dan entah sudah berapa kali aku kecewa ternyata itu bukan pesan darimu. Kalau memang sedang sibuk, sempatkan beri kabar ya, walaupun sekedar say hi. Semoga kamu nggak kenapa-kenapa.

I love you my hunny bear.


Update

14 Januari 2016

Terima kasih banyak buat yang sudah merespon dan memberikan masukan serta dukungan, baik di sini maupun melalui media lain. Siang tadi saya iseng saja mencoba mengontak Line-nya, dan ternyata dibaca dan dibalas! Lega rasanya mengetahui dia tidak kenapa-kenapa. Ternyata memang dia ada tugas mendadak jadi tidak sempat memberi kabar. Walaupun begitu, sekarang saya harus menunggu lagi dan sedikit cemas, karena dia langsung dikirim ke Jakarta sehubungan dengan teror bom yang terjadi tadi siang. Sekarang saya baru tahu rasanya jadi persit, harus siap ditinggal setiap saat dan deg-degan nunggu kembali (dia sendiri juga sudah bilang begitu sih), hehehe... Semoga dia bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik dan bisa pulang kembali dengan selamat. Mohon dukungannya yah.

Sekalian juga, saya ikut prihatin dengan tragedi yang terjadi di Jakarta siang tadi. Semoga kita semua tetap kuat dan bersatu sebagai satu bangsa dan satu negara, untuk membuktikan bahwa teror itu tidak mempan memecah-belah Indonesia.

Saya akan usahakan cerita polisi dan orang cebol selesai secepatnya. Nggak, kali ini nggak bersambung kok, hehehe...

Selasa, 05 Januari 2016

Selamat... macam-macam

Halo semua,

Mungkin agak telat sih, tapi selamat Natal 2015 dan tahun baru 2016. Semoga semuanya lebih baik yah!

Pertama-tama, mohon maaf kalau ceritanya lama sekali keluar. Saya kayanya kehabisan ide beneran, boleh dilihat dari tren tahunan yang turun terus jumlah ceritanya. Apa boleh buat, kesibukan kerja membuat saya jarang bisa nulis, dan ternyata nulis dari HP nggak terlalu membantu. Jadi mungkin ada baiknya saya nyari obyeknya beneran kali ya, dan praktek beneran langsung untuk kemudian dijadikan bahan cerita. Adakah pak polisi atau satpam yang bersedia membantu saya? Privasi terjamin.

Ups kok malah promosi...

Anyway, cerita menaklukkan satpam straight bagian terakhir sudah keluar ya. Berikutnya saya pingin kembali berfantasi dengan polisi, karena belum keturutan juga main dengan polisi yang sesungguhnya. Belum keturutan juga untuk ketemuan dengan pacar si tentara, ya memang sih tiap hari masih selalu kontak dan mesra, tapi tetap saja ada perasaan pingin bertemu dan bercinta... sekitar pertengahan bulan ada rencana untuk menemuinya sih, semoga rencana kali ini tidak batal lagi. Bantu doa yah!

Saya kadang-kadang menemui cerita di blog ini dicopas ke blog lain; monggo aja, tapi nulis sumbernya yang benar yah. Biasakan yuk tidak mencuri karya orang, apalagi mengaku-ngaku dirinya yang nulis cerita itu. Saya juga rutin mencari cerita-cerita baru tentang polisi/tentara/satpam, dan rasanya tidak ada yang benar-benar baru. Nemunya paling si polisi Bayu yang kontolnya kaya botol, yang ceritanya kebanyakan huruf besarnya, dan sudah nggak ada cerita baru sejak 2014. Blog novelbaru69 dulu saya sempat suka (bahkan sempat ngutip dari blog ini dengan benar), tapi belakangan sudah tidak post cerita lagi, dan background-nya menyakitkan mata (apalagi kalau dilihat dari HP). Lagi-lagi blog itu mandek di 2014. Sisanya paling cerita lama birahi 2 polisi (pasti nemu kan kalau nyari cerita polisi?), Cerita yang paling saya suka salah satunya Polisi itu bernama Mas Bima (makasih buat someone yang udah ngasih tau blog aslinya), tapi lebih suka bagian keduanya (yang lain endingnya bikin sedih, hehehe...). Sisanya paling cerita Bayu si anak SMA (kalau nggak salah) yang punya pasangan polisi banyak banget (ceritanya nyebar di mana-mana). Ada juga polisi Togas dari Diciduk di perempatan terlarang (link-nya ke MOTN yang diblok beberapa ISP). Satu lagi cerita Polisi zaman sekarang, tapi ini didahului dengan seks straight, jadi kadang-kadang diskip langsung ke tengah. Selain itu, nggak ada cerita yang baru. Jadi ya rada kehabisan ide sih, mungkin kudu main langsung sama polisi yah, ada yang mau ga (ups promosi lagi...).

Akhirnya, semoga cerita-cerita baru dapat terus saya tulis, sampai akhirnya saya juga harus mengakhiri petualangan ini. Semoga saja petualangan itu berakhir dengan paling tidak sekali saja make love dengan polisi, tentara, atau satpam. Yang punya ide ceirta boleh dikirim ke email saya, feirdand -at- yahoo -dot- com. Untuk sementara, silakan baca lanjutan cerita dengan dua saptam straight, Pak Wisnu dan Farouk.

Salam,

Senin, 04 Januari 2016

Menaklukkan Dua Satpam Straight (bagian 2)

Aku hanya bisa pasrah melihat Pak Wisnu hendak dikerjai kedua maling itu. Tapi entah kenapa, aku sudah terlanjur menikmati permainan mereka pada tubuhku tadinya, jadi sekarang aku penasaran apa yang akan mereka lakukan pada Pak Wisnu. Pak Wisnu mukanya masih saja merah padam menahan marah, dan entah sudah berapa kali aku mendengar sumpah serapah keluar dari mulutnya. Hanya saja rasanya Pak Wisnu sudah tidak bisa lagi menyangkal bahwa dia separuh menikmatinya. Kulihat terus tonjolan kontolnya perlahan-lahan terus membesar dan batang kontolnya mulai tercetak di celana satpamnya. Aku sendiri orang normal yang tidak pernah menyukai kontol, tapi entah kenapa pemandangan kontol Pak Wisnu di depanku mulai merangsangku juga... Kedua maling itu bergantian mengelus tubuh Pak Wisnu tanpa menghiraukan Pak Wisnu yang meronta-ronta tanpa henti. Bajunya basah terkena keringat, dan di beberapa tempat, ... spermaku? Salah satu maling itu rajin betul menggarap kontol Pak Wisnu, entah itu dielus-elus atau diremas-remas. Tadinya aku juga jijik ada pria lain yang menggerayangi kontolku, bahkan sampai menghisapnya, tapi ternyata enak juga. Bahkan rasa sakit yang kurasakan tadi malah membuatku semakin bergairah, kecuali mungkin rasa sakit berdenyut lubang pantatku... ah bahkan tongkat satpamku masih menancap di sana! Lama-lama aku jadi penasaran, apakah mereka juga akan melakukan hal yang sama pada Pak Wisnu...?

Salah satu maling itu akhirnya mulai membuka resleting celana Pak Wisnu. Aku menelan ludah; seperti apa kontol Pak Wisnu? Lebih besar punyaku sih, tapi tetap saja aku penasaran... apa nanti aku bisa menghisapnya ya... mungkin enak juga ngisap kontol... Setelah agak susah payah sedikit, akhirnya maling itu berhasil mengeluarkan batang kontol Pak Wisnu. Sudah kuduga ukurannya agak kecil, tapi kalau dia cerita tahan lama... ah beruntung benar para maling itu! Pak Wisnu masih bersumpah serapah, tapi ucapannya kali ini agak bergetar. "Jangaaaannnhhh..."
"Tenang saja Pak Wisnu. Bapak nggak usah menolak. Kontol Bapak saja mau kok," kata salah satu maling itu sambil mengelus-elus batang kontol Pak Wisnu. Pak Wisnu mengerang dibuatnya. "Kalau Bapak menurut, kami kasih enak." Maling itu pun mulai mengocok kontol Pak Wisnu.
"Gedean punya Farouk ya," komentar maling satunya.
"Kamu suka yang mana To?"
"Gedean kontolnya Farouk," jawabnya.
"Ya udah, mainin sana! Aku mau ngeladenin Pak Wisnu." Maling itu pun menghampiri diriku dan tanpa permisi lagi langsung mengelus-elus kontolku yang separuh menegang itu. Aku pun mendesah dibuatnya. Padahal aku sudah muncrat beberapa kali, tapi pemandangan di depanku dan rangsangan maling itu membuatku terus bergairah. Sialnya, maling itu ingat dengan tongkat yang masih menancap di pantatku, dan dia pun memainkan tongkat itu! Rasa perih pun kembali melanda, walaupun tidak seintens tadi. Permainannya agak kasar, namun sebagai gantinya ia memanjakan kontolku dengan menghisap batangnya dan meremas-remas bola-bolanya. Aku merasa jadi seperti sapi perah yang hendak diperah susunya, tapi kali ini kontolku yang diperah. Aku hanya bisa mengerang sambil menikmati permainan itu dan menonton apa yang akan maling itu lakukan pada Pak Wisnu.

Maling itu tanpa sungkan-sungkan lagi ikut melahap batang kontol Pak Wisnu. Pak Wisnu tidak lagi meronta-ronta, kali ini sepertinya ia sudah pasrah. Ikatan di tubuhnya jelas tidak mungkin dilepaskan sekeras apapun ia meronta, dan maling-maling itu toh akan tetap memperkosanya. Wajah Pak Wisnu masih merah padam, namun kali ini mungkin ia malu karena ia menutup matanya. Malu karena akhirnya ia menikmati permainan itu. "Nah begitu Pak Wisnu, kalau nurut kan enak Pak." Pak Wisnu tidak menjawab, ia hanya terus mendesah seiring dengan hisapan maling itu. Si maling kembali merogoh celana Pak Wisnu dan berusaha mengeluarkan bola-bola kontol Pak Wisnu. Walaupun agak sempit, akhirnya keluar juga. Wow, punya Pak Wisnu besar juga! Dalam keadaan terjepit seperti itu, miliknya tampak besar dan ranum. Pantas saja Pak Wisnu sudah beranak dua, rupanya dia subur! Maling itu memainkan bola-bola kontol Pak Wisnu sambil tetap menghisap batang kontolnya, membuat Pak Wisnu mulai kelojotan walaupun dalam posisi diikat. Aku jadi ingin meremas-remas bola-bola kontol Pak Wisnu... Maling itu mulai membuka kemeja seragam Pak Wisnu dan mengelus-elus dadanya. Ah enaknya...

Dan tiba-tiba aku merasakan tongkat satpam itu lepas dari pantatku. Kontolku juga tidak lagi berada dalam mulut si maling. Maling itu berjalan ke belakang sehingga aku tidak tahu dia sedang apa. "Ngapain lu To?" tanya maling yang sepertinya juga kebingungan temannya mau apa.
"Aku mau buka iketannya."
"Eh gila kau To! Nanti kalau dia ngelawan gimana?"
"Aku bukan mau bebasin dia Dul! Aku pingin ngentotin dia, jadi ini iketan di kakinya kulepas, dipindah ke atas gitu!"
"Ntar dia tendang kau baru tahu rasa lho!"
"Dah tenang aja, dia udah nurut kok!" Aku bisa merasakan ikatan yang melilit kakiku ke tiang itu mulai kendor, sebelum akhirnya ikatan itu lepas seluruhnya. Aku menggerak-gerakkan kakiku sebentar untuk melemaskan kakiku yang kaku. Tak lama kemudian aku merasakan tali yang sama kini melilit dada atasku, walaupun tidak sekencang tadi, mungkin supaya aku tidak sesak nafas. Dia menyisakan sedikit bagian pada daerah puting susuku; pasti dia mau memainkannya lagi. Setelah selesai, dia tidak kembali ke depan, tapi malah menyentuhkan kontolnya ke tanganku dan menggesek-geseknya. Aku belum pernah memegang kontol pria lain, bahkan kontol Pak Wisnu pun aku tidak berani. Benda itu begitu hangat dan keras; tanpa sadar aku pun menggenggamnya dan berusaha mengocoknya. Sayang tanganku terikat erat jadi tidak bebas bergerak, tapi dia paham itu dan berinisiatif memajumundurkan kontolnya di genggaman tanganku. Besar juga punyanya, tapi tetap saja lebih besar punyaku. Dia tak terlalu lama melakukan hal itu, kemudian dia ke depanku dan mulai menggesek-gesekkan kontolnya ke kontolku. Benar-benar pengalaman baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya; biasanya payudara pacarku yang menggesek-gesek kontolku, tapi kali ini kontol pria lain. Sama-sama kerasnya. Aku mengerang dibuatnya. Ternyata seru juga.
Sebelum dia tiba-tiba menciumku di bibir.
Awalnya aku merasa jijik; kumisnya beradu dengan mulutku. Tidak ada pria lain yang pernah menciumku di bibir! Namun mungkin aku sudah terbawa aliran permainan maling itu, sehingga lama-lama aku pun menikmatinya. Kubalas ciumannya seakan-akan itu pacarku. Belum tahu dia ciuman dahsyat yang selalu bikin pacarku klepek-klepek! Dia terus menggesek-gesekkan kontolnya dengan kontolku sambil membalas ciumanku. Mungkin ada lima menit kami berciuman sampai akhirnya dia mengakhiri ciuman itu dan mengocok-ngocok kontolnya sebentar, kemudian ia berusaha mengangkat kakiku. "Emang kuat kau To ngentot gaya begituan?" cemooh maling satunya.
"Lihat aja!" Ya ampun, ia akan mengentotku! Biasanya aku yang ngentot cewekku, tapi kali ini aku akan dientot! Jantungku berdegup tak karuan, antara marah karena tidak seharusnya cowok ngentot cowok--apalagi aku yang akan dientot, takut kesakitan, tapi juga penasaran. Seperti apa rasanya dientot? Tadi aku sudah merasakan dientot dengan tongkat satpam, yang tentu saja dingin dan kaku. Kalau sebatang kontol yang memasuki pantatku?
Belum sempat pertanyaanku terjawab, maling itu langsung saja menusukkan kontolnya ke pantatku. Mungkin karena pantatku sudah cukup longgar gara-gara tongkat satpam tadi, aku tidak merasa sesakit tadi, sekalipun ia memasukkan batang kontolnya hingga ke pangkal. Lagi-lagi aku berhadap-hadapan dengannya, dan tanpa permisi lagi ia langsung mengentotku.

Ah... jadi ini rasanya dientot...



Gila Farouk, dia ciuman sama laki? Apa sudah habis akal sehatnya? Dan dia diam saja waktu mau dientot??? Tapi aku sendiri pun sekarang bimbang; kontolku sedang dihisap-hisap seorang laki, dan rasanya tak kalah enaknya dengan hisapan istriku. Apa karena aku sedang ingin bercinta? Aku hanya bisa memejamkan mataku sambil menikmati hisapan demi hisapan maling itu yang tak pernah lelah mengenyot batang kontolku. Belum tahu dia aku tahan lama! Dengan memejamkan mataku seperti ini, aku tak harus melihat kenyataan bahwa yang sedang mengenyot kontolku adalah seorang pria. Di otakku, aku membayangkan istriku yang melakukannya. Tapi telingaku tak bisa berhenti menangkap erangan rekan maling itu dan Farouk, yang sepertinya mulai menikmati juga permainan itu! Cih, dasar anak muda! Ada kesempatan diambil saja!
Tapi mungkin memang enak juga bercinta dengan lelaki... Maling ini lihai sekali mencari titik-titik rangsangan di tubuhku, dan dia lebih cepat menemukannya ketimbang istriku. Kedua puting susuku, perut bagian bawahku, kedua pangkal pahaku, dan sedikit di bawah bola-bolaku, tak ada yang luput dari rangsangan laki itu. Mungkin karena sama-sama punya jadi dia tahu lebih banyak? Ah, tapi tetap saja nggak benar! Laki harus bercinta dengan wanita!

Entah sudah berapa lama maling itu mengisap kontolku, rupanya tidak lelah juga dia. Tapi isapannya tidak seperti tadi, agak lebih pelan. Mungkin dia sudah kelelahan? Atau malah membuatku penasaran? Aku jadi penasaran dibuatnya, karena hanya batangku saja yang dimainkan. Aku pun memberanikan diri membuka mata. Maling itu masih menikmati kontolku. Farouk... astaga, dia dientot! Dan Farouk tidak berusaha melawan??? Raut mukanya... raut mukanya... apa aku tidak salah lihat? Farouk MENIKMATI entotan itu! Cih!
"Oh Pak Wisnu akhirnya penasaran juga ya?" Maling itu berhenti mengisap kontolku dan hanya mengelus-elusnya menggunakan tangan kirinya sambil menatapku. "Jangan khawatir Pak, Pak Wisnu nanti pasti dapat giliran. Bapak nikmati dulu saja permainan ini." Ia pun mulai mengocok kontolku; awalnya pelan-pelan, kemudian bertambah cepat, dan dipelankan lagi... Teknik kocokannya jauh lebih bervariasi daripada istriku; maling ini tahu bagaimana membuatku bergairah, dan ketika aku sudah berada di atas, ia menurunkan tempo permainan. Entah berapa kali akhirnya mulai muncul keinginan untuk orgasme, tapi tiap kali keinginan itu muncul, maling itu memperlambat kocokannya.

Sampai pada suatu titik akhirnya aku frustasi ketika ia memperlambat kocokannya kembali. "Sabar Pak Wisnu, tunggu dulu sampai Farouk mau muncrat juga. Baru Pak Wisnu boleh muncrat, hahahaha..." Erangan Farouk dan maling satunya sahut-bersahut; membuatku cukup penasaran. Seenak itukah rasanya dientot...
Tak terlalu lama aku mendengar erangan Farouk terdengar berbeda; erangannya menjadi semakin panjang dan dalam. Aku mengenali erangan itu saat dia dulu ngocok, itu tanda-tanda dia mau keluar. Bisa aja ya orang dientot begitu malah mau muncrat juga? Sayang aku tidak bisa berpikir macam-macam lagi, karena maling yang melayaniku ikut mempercepat tempo permainannya. Batang kontolku dikocoknya cepat-cepat dengan tangan kanannya, bola-bola kontolku dimainkannya dengan tangan kirinya. Bahkan sepertinya bagian bawah kontolku, sampai ke lubang anusku, juga ikut dimainkan. Aaaahhh... nikmaaattt... aku jadi ingin orgasme... tanpa bisa kutahan lagi, aku mengerang panjang.

Aaaaaahhhh...

Croooottt...



Awalnya aku agak geli bercampur jijik dengan suara pahanya yang beradu dengan pantatku. Tapi maling itu benar-benar tidak peduli, dia mengentotku tanpa ampun sampai batang kontolnya masuk semuanya ke dalam lubang pantatku. Berbeda dengan tongkat satpam tadi yang dingin, kali ini batang yang memasuki lubang pantatku jauh lebih hangat dan hidup. Entah bagaimana caranya maling itu merojok pantatku dan menyentuh titik-titik tertentu, yang tadi sebenarnya juga sesekali tersentuh dengan tongkat satpamku. Tapi ini benar-benar beda; kali ini rasanya... enak sekali... Kontolku pun bisa tetap mengeras, padahal tidak dikocok atau dihisap sama sekali. Aku hanya bisa mengerang dengan setiap sodokan yang maling itu berikan; memang rasa sakit itu masih ada, tapi sekarang ini hanya rasa nikmat yang bisa kurasakan, dan aku pun belajar untuk menikmatinya. Ternyata memang enak... Sesekali maling itu menciumku sambil tetap mengentot pantatku, dan kubalas dengan ciuman mautku. Erangan maling itu juga menambah gairahku, dan aku sendiri juga ikut mengerang bersamanya. Oh entah mengapa aku menyukai permainan ini...

Sampai aku akhirnya melirik ke Pak Wisnu. Gila, batang kontolnya sudah keras sekali dan merah! Pasti mau meledak itu! Pada saat bersamaan, maling itu mempercepat entotannya dan berbisik, "Aku mau keluaaarrrr... kau keluar jugaaaa..." Aku hanya mengangguk; memang saat itu aku merasakan bahwa aku juga ingin muncrat. "Aaaaahhhh... memang enak ngentot satpaaammm... mmmmmhhhh... uuuggghhh... nggghhhh..."
Entah mana yang terjadi duluan. Aku mendengar Pak Wisnu mengerang panjang; suatu erangan yang belum pernah kudengar sebelumnya. Mataku terbelalak melihat batang kontol Pak Wisnu berkedut dan kemudian memuncratkan sati pati kejantanannya; tinggi, kental, dan banyak. Baru kali ini aku melihat kontol pria lain muncrat, dan entah kenapa sensasi itu mendorongku untuk ikut muncrat. "Aaaaahhh..."
Dan akhirnya aku muncrat juga. "Aaaahhh... sssssshhh..." Badanku bergetar ketika kontolku akhirnya ikut menembakkan pejuhku. Dan entah kenapa, maling itu juga mengerang panjang. "Aaaahhhh...aku keluaaarrr... terima iniiiii..." Aku merasa sesuatu yang hangat dan basah mulai keluar dan memenuhi lubang pantatku.

Maling itu orgasme.



Akhirnya impianku tercapai juga: ngentot satpam! Sensasinya benar-benar berbeda dibandingkan aku ngentot cowok biasa, apalagi satpam ini sedang diikat! Basah semua badanku kena keringat. Kontolku sudah menyelesaikan tugasnya menyemprotkan pejuh ke bool Farouk. Aku menurunkan kaki si satpam Farouk dan mendekap serta menciumnya. Cowok normal itu rasanya mulai ketagihan main sama cowok! Setelah beberapa lama aku bisa merasakan kontolku keluar sendiri dari bool si satpam Farouk, dan aku pun beranjak darinya dan duduk agak jauh. "Dul, kau ga muncrat?"
"Tenang To, masih ada bool Pak Wisnu!"
Aku iseng mengambil pejuh si satpam Farouk yang menempel di badanku dan kucicipi. Manis dan gurih. Rasa pejuh Pak Wisnu gimana ya? Aku pun menghampiri Pak Wisnu yang masih terengah-engah setelah orgasme. Gila, banyak betul pejuhnya! Sebagian muncrat di dadanya, kebanyakan berserakan di sekitar selangkangannya. Ada juga di gesper sabuk satpamnya. Kujilati pejuh yang ada di gesper sabuknya sambil mengelus-elus kontol Pak Wisnu yang sudah melemas. Pak Wisnu agak meronta-ronta, pasti kegelian. Pejuhnya juga gurih dan manis, tapi lebih kental dan kaya rasa dibandingkan pejuh Farouk. Ya mungkin karena Farouk tadi sudah muncrat, jadi agak encer, Punya Pak Wisnu masih kental, dia pasti sudah lama tidak ngentot istrinya.

Dan sekarang sepertinya giliran Abdul beraksi.



"Pak Wisnu, sebentar lagi Bapak akan mengalami kenikmatan yang sama seperti Pak Farouk," bisikku di telinga Pak Wisnu. "Bapak lemas aja, awalnya mungkin sakit, tapi lama-lama nikmat." Pak Wisnu agak membelalak sedikit, namun ia tahu ia takkan bisa lolos. Aku beranjak ke kakinya dan mulai bersiap-siap. Parto dengan sigapnya mengisap-isap kontolku supaya keras, dan setelah keras, kuacungkan batang kontolku ke lubang bool Pak Wisnu. Kumain-mainkan sebentar batang kontolku di sekitar lubang boolnya; Pak Wisnu terlihat tegang sekali.

Tanpa berlama-lama aku mulai mendorong batang kontolku ke boolnya.

Sesuai reaksi pria yang perawan, Pak Wisnu mulai mengerang kesakitan. Tubuhnya bergetar menahan sakit. "Santai Pak, jangan tegang-tegang! Nanti nikmat kok, hahaha... Aaaaahhh... seretnya bool satpam... mmmmhhh..." Aku menikmati jepitan bool si satpam Pak Wisnu seiring dengan terus masuknya batang kontolku ke dalam. Sampai akhirnya batang kontolku sepenuhnya masuk. "Siap ya Pak, ini yang enak." Tanpa permisi lagi aku mulai mengentot bool Pak Wisnu maju mundur. Pak Wisnu kembali mengerang kesakitan; segala sumpah serapah keluar dari mulutnya. Aku tak peduli lagi; kapan lagi bisa ngentot satpam! "Aaaaahhh... bool Pak Wisnu enaaakkkhhh... mmmhhhh... terima ini kontolku Paaakkkhhh..." Kulesakkan batang kontolku dalam-dalam supaya menyentuh prostatnya. Pak Wisnu berteriak tiap kulakukan itu; badannya bergetar meronta-ronta dan peluh membasahi tubuhnya, tapi itu justru membuatku semakin bersemangat. Usahaku sepertinya mulai membuahkan sedikit hasil karena aku melihat kontol Pak Wisnu sedikit bangkit kembali. "To, lihat tuh!" Parto ternyata juga melihatnya, dan tanpa diperintah ia pun mengisap kontol Pak Wisnu sambil mengelus-elus dadanya. "Bagus To, biar Pak Wisnu ini bisa ingat nikmatnya dientot!" Aku pun mengencangkan entotanku sementara Parto melayani kontol Pak Wisnu. Sayang aku tak bisa mengentot Pak Wisnu dengan berbagai gaya, aku takut ia tak menurut dan melawan kalau kulepaskan ikatannya. Beda dengan si satpam Farouk yang sudah bisa menerima niknatnya bermain kontol, aku belum yakin Pak Wisnu sudah sampai ke sana. Yah, paling tidak aku sedang mengentot satpam! Parto lagi-lagi mengeluarkan keahliannya menghisap batang kontol karena erangan Pak Wisnu sekarang tidak lagi melulu kesakitan, namun juga kenikmatan. Aku sengaja berhenti sebentar untuk melihat Parto meladeni kontol Pak Wisnu, sekaligus memberikan kesempatan Pak Wisnu untuk beristirahat dari entotanku. "Bikin dia cepet moncrot To!" Parto hanya mengangguk dan mulai menggunakan kedua tangannya untuk menyentuh bagian-bagian sensitif dari kontol dan tubuh Pak Wisnu. Kumulai kembali entotanku, kali ini lebih lembut, namun aku tetap melesakkan kontolku untuk menggoda prostat Pak Wisnu. Kini, tiap kali kulakukan itu, Pak Wisnu malah mengerang kenikmatan. Sepertinya ia mulai menyukainya! Kulanjutkan kembali kombinasi entotan bool dan hisapan kontol Pak Wisnu. "Oooohhh... gitu dong Pak Wisnuuuhhh... nikmati sajaahhh... mmmhhh... aaahhh... yeeesss... Pak Wisnuuuu..." Pak Wisnu tidak menjawab, ia hanya mengerang keenakan dan sedikit kesakitan, karena aku mulai agak kasar mengentotnya. Tapi batang kontolnya tak bisa berbohong, dan sepertinya kali ini ia tak bisa bertahan lama. Aku melihat batang kontol Pak Wisnu berkedut-kedut. "Aaaahhh... mau keluar ya Pak Wisnuuuu... Tooo... bikiin dia muncraaattt... Mmmmhhh..."

Tanpa dikomando pun, Pak Wisnu muncrat duluan dengan sebuah erangan panjang. Parto dengan sigapnya menikmati pejuh Pak Wisnu di dalam mulutnya dan menelannya. Orgasme Pak Wisnu juga membawa kedutan-kedutan yang kutunggu-tunggu di boolnya, mencengkeram erat batang kontolku. "Aaaahhh... Paaaakkk Wisnuuuu... terimalah iniiii..."

Crooottt!



Aku hanya bisa terpana melihat Pak Wisnu orgasme setelah digarap kedua maling itu. Seluruh kegiatan mereka membuatku ingin mencobanya; kontolku ngaceng sejak tadi namun tidak ada yang meladeni. Aku hanya bisa iri melihat Pak Wisnu dan maling yang mengentotnya orgasme. Aku ingin ngentot Pak Wisnu!

Tapi sepertinya keinginanku bakal segera terwujud. Kedua maling itu terbaring di lantai gudang, terengah-engah setelah meladeni Pak Wisnu. "Enak banget ya Dul ngentotin satpam..."
"Iya To, kapan-kapan kita harus cari satpam lain yang bisa dientot!"
"Itu Farouk mau kali ya? Tuh Dul, kontolnya ngaceng! Kayanya dia horni tuh ngeliatin kita tadi ngerjain Pak Wisnu!" Maling itu pun bangkit dan berjalan ke arahku, lalu menatapku sambil mengelus-elus kontolku yang tegang. "Aaaaahhh..." Hanya itu yang meluncur dari mulutku; elusannya membakar gairahku, walaupun sebenarnya yang kuinginkan adalah ngentot Pak Wisnu. "Kamu mau kapan-kapan main begini lagi sama kita?" Sejenak aku ragu, tapi maling itu dengan pandainya mengelus-elus kontolku, membuat aku menginginkan terus sensasi itu. "Aku mau," akhirnya aku menjawabnya. Pacarku tidak bisa sehebat itu memberikan kenikmatan yang baru saja kurasakan!
"Bagus!" Maling itu menghadiahi aku kocokan-kocokan ringan pada kontolku, membuatku semakin bergairah. Tak terlalu lama ia melakukannya karena ia sepertinya tahu aku juga ingin ngentot Pak Wisnu. Maling itu pergi mencari sesuatu, dan tak lama kembali dengan secarik kertas. Ia berbisik agar tak didengar Pak Wisnu, "Ini nomer HP-ku, hubungi kalau kau pingin main kontol lagi." Ia memasukkan kertas itu ke dalam saku celanaku, dan kembali mengelus-elus kontolku. "Aaaahhh..."
"Dul, kita pergi! Biarkan mereka terikat di sini sampai pagi!"
"Loh udahan To?"
"Dah kapan-kapan lagi, toh dia udah mau main lagi kok! Keburu pagi nanti!"
"Tapi mereka ditinggalin gini aja?"
"Ya nggak lah! Kasihan Pak Farouk tuh kontolnya dianggurin!"
"Ya dimainin aja kan?"
"Udah cukup lah kita mainin kontolnya. Dia pasti pingin ngentot Pak Wisnu juga! Sini bantu mewujudkan keinginannya!"

Kedua maling itu mulai menggeser meja yang mengikat Pak Wisnu mendekat ke arahku, sedekat mungkin sehingga aku bisa mengentot Pak Wisnu. Salah satu maling itu bahkan "berbaik hati" mengarahkan kontolku ke bool Pak Wisnu. Sayang, posisiku yang masih terikat membuatku tidak leluasa menggerakkan pinggulku maju mundur. Maling itu mengetahui kesulitanku, karena akhirnya ia melepaskan ikatanku, bahkan seluruhnya. Sejenak aku menggerak-gerakkan badanku yang kaku. Maling itu kembali merangsangku supaya kontolku kembali mengeras, dan dengan berdebar-debar aku pun mengarahkan kontolku ke bool Pak Wisnu. "Farouk... jangan... kamu boleh mainin kontolku, tapi jangan entot aku..." pinta Pak Wisnu lemah.
"Udah deh Pak, nikmati aja! Kapan lagi dientot sesama satpam, hahahaha!!!" Maling itu bahkan dengan sengaja mendorong pantatku sehingga kontolku pun melesak masuk ke dalam bool Pak Wisnu. Pak Wisnu kembali berteriak kesakitan, dan entah kenapa teriakan itu malah melecutkan satu sisi liarku. Aku tak pernah melupakan kejadian malam itu.

Aku mengentot Pak Wisnu!

Maling-maling itu menontonku mengentot Pak Wisnu beberapa saat, sebelum akhirnya aku ditarik dengan paksa. "Kenapa Mas? Belum puas nih!"
"Sabar, aku akan buat seakan-akan kamu juga jadi korban maling. Biar kamu ga bisa dituduh ngentot Pak Wisnu atas paksaan dirimu!" Kedua maling itu kemudian memukuli Pak Wisnu sampai ia pingsan kembali. "Aku akan ikat kamu di atas Pak Wisnu, setelah itu kamu bebas ngentot dia sampai puas." Aku pun menurut saja diikat di atas Pak Wisnu. Kakiku tetap terbebas, namun hanya kedua tanganku yang diikat ke belakang, kemudian dadaku diikat di sekitar atas perut Pak Wisnu; tentu saja kontolnya dibiarkan di luar celananya, sehingga tertindih tubuhku. Setelah ikatanku dianggap sempurna, maling itu menarik sebentar kontolku yang agak melemas, menghisapnya lagi sampai keras, lalu memasukkannya kembali ke bool Pak Wisnu. "Selamat mengentot Pak Wisnu!" Maling itu meninggalkanku setelah mendorong dan menepuk-nepuk pantatku.

Dan aku pun melanjutkan entotanku di tubuh Pak Wisnu yang pingsan.



Haruskah kuceritakan kejadian setelah itu? Untuk pertama kalinya aku muncrat setelah bersetubuh dengan seorang pria yang kukagumi. Kurasa aku sempat tertidur kelelahan setelahnya, dan mungkin menjelang subuh baru terbangun setelah tubuhku terguncang-guncang; belakangan kuketahui Pak Wisnu meronta-ronta berusaha melepaskan ikatannya. Suara Pak Wisnu parau sekali saat itu dan matanya merah; mungkin bercampur antara marah dan sedih karena keperawanannya telah direnggut. Usaha Pak Wisnu itu sia-sia, karena maling itu ternyata lihai sekali dalam urusan ikat-mengikat, dan aku malah merasakan kontol Pak Wisnu mulai bangkit akibat bergesekan dengan perutku. Aku pura-pura tidak berani melihat wajah Pak Wisnu karena malu; padahal aku menyukainya! Tak kusangka aku bisa suka juga sama kontol!
Setelah pagi tiba, mungkin sekitar jam tujuh pagi, kami baru ditemukan seorang satpam yang datang pertama kali dan keheranan karena pintu pos terbuka tanpa ada orang. Tak kuduga, ternyata satpam itu gay juga, dan ia terangsang melihat posisiku menindih Pak Wisnu, dan ia mengentotku dengan cepat! Aku takkan pernah lupa ketika ia orgasme di dalam boolku, dan tubuhku yang bergoyang-goyang dientot kasar dengan satpam itu ternyata menimbulkan gesekan-gesekan yang merangsang kontol Pak Wisnu lebih jauh. Sangat jauh bahkan, karena tak lama setelah satpam itu orgasme, aku bisa merasakan perutku ikut basah. Oleh pejuh Pak Wisnu.

Polisi pun akhirnya turun tangan menginvestigasi tindakan kriminal tersebut, namun karena tidak ada yang hilang dari gudang kantor, investigasi akhirnya dihentikan. Sesuai dengan yang maling itu rencanakan, yang belakangan kuketahui namanya Abdul dan Parto, aku tidak mendapat tuduhan memperkosa Pak Wisnu, walaupun mereka mendapati pejuh di dalam bool Pak Wisnu dan boolku serta di perutku. Untungnya mereka tidak memproses barang bukti itu lebih lanjut. Satpam yang "memperkosa" aku pun tidak ikut diproses karena ia bertingkah seakan-akan menemukan kami berdua, dan Pak Wisnu tidak mengatakan apa-apa atas kejadian itu. Pak Wisnu tidak bersedia melanjutkan investigasi itu. Bagaimana pula ia bisa menjelaskan pejuh yang ada di perutku? Tentunya ia pasti malu menjelaskan. Ia sepertinya trauma dengan kejadian itu, karena tak lama kemudian ia mengundurkan diri. Aku tidak pernah mendengar kabarnya sejak itu.
Aku sendiri? Aku masih bekerja di perusahaan itu, dan kini aku mendapatkan rekan baru yang sangat bersedia bermain kontol. Aku masih bertahan dengan pacarku untuk beberapa saat, namun kenikmatan permainan yang ia tawarkan tak pernah sama lagi. Kurasa aku dulu mencintainya hanya karena dada dan bokong semoknya, yang sekarang tidak lagi menjadi perhatianku. Sekitar dua bulan kemudian, akhirnya kami putus, dan aku malah jadian dengan rekan satpamku, walaupun tentu saja kami berdua menutup rapat masalah itu. Satpam baru pengganti Pak Wisnu tidak menarik minatku, untungnya. Kedua maling itu sesekali masih menghubungiku, dan aku melayani mereka dengan persetujuan pacarku, bahkan dia pun ikut serta ketika kami bermain. Sesekali mereka minta untuk menyiksaku, dan aku turuti. Kurasa aku sudah bisa mendapatkan kenikmatan dari kesakitan. Aku juga sudah bisa menikmati ngentot dan dientot. Ada juga polisi yang turut serta dalam investigasi yang menghubungiku untuk minta dientot, dan dengan persetujuan pacarku, kenapa tidak?

Yah, kurasa kejadian itu benar-benar mengubahku. Aku dan Pak Wisnu bukan lagi seorang yang dulu. Maling-maling itu telah berhasil menaklukkan dua satpam straight.