Rabu, 22 Mei 2013

Mangsa malam hari... lagi (bagian 2)

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Bagian 1

Puas menggoda kontol Rizki, kuputuskan untuk mengistirahatkan Pak Kristanto di salah satu kamarku yang kosong. Berdua dengan Rizki kubopong polisi itu ke kamar; berat juga ternyata tubuhnya. Harus kuakui memang aku lebih menyukai Rizki daripada Pak Kristanto, tapi berhubung aku dapat dua ikan dalam sekali pancing, dinikmati saja dah... setelah Pak Kristanto dibaringkan di atas ranjang, kami berdua keluar dan melanjutkan permainan panas yang tertunda. Rizki pun serasa tak sabar lagi karena ia langsung menciumku begitu aku menutup pintu kamar. Sejenak aku kewalahan dengan ciumannya, namun akhirnya aku bisa mengimbangi permainan lidahnya di mulutku. Bahkan Rizki pun kini aktif memainkan kontolku yang sedari tadi menyembul keluar dari celana jinsku. "Ganas nih Pak pol?" godaku. Rizki hanya tersenyum. "Giliranku," ujarnya, lalu tiba-tiba ia membopongku. "Mau dibawa ke mana nih?" "Udah kamu tenang aja, pasti kamu suka." Ia membopongku keluar menuju mobil patroli yang diparkir di dekat pintu masuk, lalu ia merebahkan tubuhku di atas kap mobil. "Belum pernah kan bercinta di mobil patroli?" tanya Rizki. "Belum, memang ada bedanya?" "Kau akan tahu sebentar lagi." Ia mengatur tubuhku agar tidak terlalu jauh dari posisinya berdiri, lalu ia membungkuk dan kembali menciumku, kali ini sambil menggesek-gesek dan menekan-tekan selangkangannya ke kontolku. Gerakannya itu membuat mobil patroli itu jadi sedikit bergoyang, namun aku tidak khawatir suaranya akan terdengar dari luar. Benar ternyata, ada sensasi yang cukup berbeda; aku belum pernah main di atas mobil sebelumnya. Apalagi ini mobil patroli... "Ndre, tusuk aku ya," bisik Rizki. "Mau kan?" "Kalau nggak mau, memangnya aku bakal diapakan?" tanyaku agak acuh. "Ayolah Ndre, kontolmu gede gini pasti enak nyodok pantatku," pintanya manja sambil mengelus-elus batang kontolku, mengurutnya dari pangkal ke ujung. "Mau ya?" Aku tidak menjawab seolah-olah gengsi, padahal aku juga sudah tak sabar lagi untuk mengobok-obok lubang pantat polisi ini. "Ndre? Ayo dong, kok diem aja, tanggung nih... katanya mau melayaniku semalam suntuk..."

Mendadak kupegang ikat pinggangnya, dan dengan sekuat tenaga kuputar dan kuhempaskan tubuhnya ke kap mobil patroli itu, persis di sebelahku. Rizki sedikit terkejut dengan gerakan itu, terlihat dari raut wajahnya. Gini-gini aku dulu pernah ikut karate... Langsung kunaiki tubuh polisi itu dan kucium dengan ganas, membuat ia kewalahan. Selagi berciuman, kulucuti ikat pinggangnya yang besar itu. Agak susah dengan satu tangan, tapi begitu gespernya terlepas, aku langsung membuka kait celana coklatnya, dan tanpa peduli resletingnya, tanganku langsung merogoh ke dalam. Celana dalamnya masih basah dari spermanya. Dengan telapak tanganku beristirahat di atas gundukan kontolnya, kumainkan jari-jemariku di daerah bawah bola-bola kontolnya, kutekan-tekan dengan kasar. Rizki hanya bisa mengerang pasrah dengan permainanku. "Ooooh Ndreee, kasar banget kamuuu... aku sukaaa... Perkosa aku pleeeaseee..." "Mau yang lebih kasar lagi?" tanyaku sambil tersenyum sinis. "Aku pasrah kamu apakan aja..." Aku pun membalikkan badanku sehingga kini aku menghadap kontolnya dan kontolku persis ada di mukanya. "Jilat," perintahku. Polisi itu pun menuruti perintahku dan menjilat-jilat kontolku. Kuturunkan sedikit celana dinasnya di bawah lutut sehingga kini aku bisa melihat pahanya yang mulus kecoklatan, membuatku semakin bernafsu. Kutemukan sobekan kecil di celana dalamnya, di sekitar anusnya. Polisi ini memang siap untuk diperkosa! Sekuat tenaga kuperbesar sobekan itu, dan celana dalamnya pun tersobek menjadi dua bagian. Kontolnya yang tegang itu pun terbebas dari sarangnya. Setelah puas dijilati, aku pun turun dari kap mobil patroli itu. Beruntung sekali mereka membawa mobil patroli berjenis sedan, jadi aku bisa ngentot polisi ini dengan posisi berdiri. Aku pun menyeret sedikit tubuh polisi itu ke bawah untuk memposisikan kontolku pada lubang anusnya. Kuletakkan celana dalamnya yang berlumuran spermanya di hidungnya, kemudian kulepaskan ikat pinggangnya dari celana dinasnya dan kulingkarkan di sekitar perutnya, dan kuangkat kakinya di pundakku. "Kau mau ini?" ujarku sambil memain-mainkan kontolku di luar lubang anusnya. "Iya Ndre, masukin dong..." "Yakin kamu mau ini?" tanyaku lagi, kali ini kutekan sedikit kontolku tapi tidak sampai masuk. "Mau banget Ndre, ayo masukin..." "Oke kalau itu maumu..."

Blesss... Rizki terpekik ketika sesuatu memasuki lubang anusnya. "Aaaaaahhh!" Bukan kontolku yang masuk, namun jari tengahku. Aku ingin tahu serapat apa lubang anusnya. Ternyata cukup rapat juga, mungkin dia sudah lama tidak dientot. "Ndreeee.... ooooohhh...," erangnya ketika jariku menyentuh prostatnya. "Fuck me pleaseeeee... with your dick..." Aku sejenak mengobok-obok anusnya dengan jariku sebelum akhirnya aku memutuskan waktunya untuk memperkosa polisi ini. Kukocok-kocok sedikit kontolku supaya mengeras penuh, dan setelah kugoda-goda polisi itu beberapa kali, akhirnya...

"Aaaaaaagggghhhh..." Rizki mengerang kesakitan ketika kontolku berusaha menembus lubang anusnya. Aku tidak memakai pelumas sama sekali, membuat penetrasi itu sedikit alot. "Uuuuggghhh... seret bener lubangmu Riz... mmmhhh..." Dengan sedikit hentakan kulesakkan pinggulku maju sehingga kini pantat Rizki menyentuh pahaku. Rizki mengerang hebat akibat hentakan itu, nafasnya terengah-engah. "Tahan Mas, polisi masa ga tahan sakit," cemoohku. "Habis ini enak kan." "Iya Ndre, fuck me..." Kugerakkan pinggulku maju mundur, awalnya perlahan-lahan. Gesekan dinding anus Rizki dengan kontolku cukup intens, memberikan kenikmatan tersendiri. Ditambah lagi melihat Rizki si polisi hanya tergolek tak berdaya di atas mobil patrolinya, mendadak nafsuku terbakar hebat. Tanpa peringatan lagi kugenjot langsung pantat Rizki tanpa ampun. Polisi itu mengerang antara kesakitan dan kenikmatan; semakin lama sepertinya ia mulai menikmatinya. "Oooohhh... kasar betul mainmu Ndreee... tapi enakkkhhh... aku suka cowok sepertimu... Mmhhhh... Aaarrgh... Pak Kris saja ga bisa seenak ini ngentotin aku... Uoooggghhh... setan betul kau Ndreee... ngentotin polisiii..." "Kau yang minta Riizzz... mmmhhh... pantatmu seret jugaaaa... kaya masih perawan... Aaahhh... rasakan ini polisi siaaaalll... Oooohhh... kau berani menilangku, sekarang pantatmu kuobok-obok... Yeeaaahhh... fuck...." Mobil patroli itu bergoyang tak karuan seiring iramaku mengentot Rizki. Eranganku bersusul-susulan dengan erangan Rizki, kami berdua sudah tak peduli apa ada tetangga yang mendengar suara-suara itu. Sesekali kutarik kontolku sampai hampir keluar, kemudian dengan tiba-tiba kuhunjamkan kembali sedalam-dalamnya, sampai menyentuh ujung dinding anus dan menyodok prostatnya. Rizki mengerang panjang tiap kali aku melakukan itu. "Oooohhh... gila kau Ndreee... mantaaappphhh... sodok yang dalaaammm... Mmmmhhh... Aaaarrrggghhh..."

Plop... Kontolku pun terlepas dari lubang pantat si polisi Rizki. Raut terkejut dan kecewa pun tampak di wajah polisi itu. "Lho kok udahan Ndre? Tanggung nih..." "Sabar Ndan, perjalanan masih jauh ini," jawabku. Aku membantu Rizki berdiri, lalu aku kembali menciumnya. Ia balas menciumku, dan untuk beberapa saat kami hanya saling mengocok kontol. Sebelum tiba-tiba kubalik tubuhnya dan kuhempaskan kembali ke mobil patroli itu, kubekuk tangannya ke belakang; seakan ia penjahatnya dan aku polisinya, dan aku berhasil menangkap penjahat. "Buka kakimu," perintahku. Aku ingin menyodominya dari belakang. Setelah membuka kakinya lebar-lebar, kusumpal mulut Rizki dengan celana dalamnya, lalu tanpa ba bi bu kuhunjamkan kembali kontolku ke dalam lubang anusnya. Erangan Rizki kali ini tertahan celana dalamnya, namun itu membuatku semakin bergairah, seakan aku berhasil membuat seorang polisi tak berdaya untuk diperkosa. Dan sekarang kontolku kembali merojok anusnya; sesekali kutepuk-tepuk bongkahan pantat seksi polisi itu sampai panas. Belum pernah aku ngentot seagresif ini, tapi berhubung yang kuentot seorang polisi, sepertinya sisi liarku tiba-tiba dibangkitkan begitu saja. Aku sudah tak peduli lagi apakah Rizki menikmatinya atau justru kesakitan, yang penting kontolku mendapatkan kenikmatan lubang anusnya. Dan kurasa sebentar lagi aku tiba pada kenikmatan puncak itu. "Oooohhh... aku mau keluaaarrr... Rizzz..." Rizki hanya mengerang beberapa saat sebelum sumpalan celana dalamnya akhirnya lepas. "Aku juga Ndree... Oooohhh... Keluarin di dalam pantatkuuu... Oooooohhhhh..." Aku semakin intens menggenjot pantat polisi itu, mobil patrolinya bergoyang tak karuan sampai kukira akan terbalik akibat nafsuku.

Dan nyaris saat aku mencapai puncaknya, tiba-tiba aku mendapat ide lain.

Dengan satu hentakan kukeluarkan kembali kontolku dari pantatnya, dan kubalikkan tubuh polisi itu jadi terlentang. Kubiarkan kakinya tergantung di tepi mobil; dengan cepat kunaiki tubuhnya, kuarahkan kontolku ke wajahnya dan kukocok-kocok dengan cepat. "Oooooohhhhh..." Tekanan itu mendesak dengan sangat cepat dan kuat. Crooooottt... Kutembakkan pejuhku ke wajah polisi itu. Melihat wajahnya belepotan pejuhku, aku menjadi semakin bersemangat. Kuarahkan kontolku seperti selang yang harus membasahi bumi, dan demikian semprotan pejuhku membasahi wajah Rizki si polisi. Setelah tujuh semprotan, pejuhku mulai melemah dan tidak lagi memancar jauh, menetesi seragam coklatnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan menggairahkan. Rizki sendiri tak menyangka aku akan menembaki wajahnya sampai berlumuran pejuhku, namun ternyata ia menyukainya, bahkan hanya melihat kontolku memuncratkan pejuh saja bisa membuatnya ikut ngecret. Aku tak sempat melihatnya, tapi yang aku tahu beberapa detik kemudian pejuhnya mendarat di kepalaku, belakang leherku, dan sebagian lagi di punggungku. Rizki pun menjilati pejuhku di sekitar bibirnya sementara aku hanya bisa menduduki perutnya kehabisan tenaga. "Gimana Riz, puas nggak?" "Puas bener, aku mau lagi Ndre... tapi nanti tembakin di dalam yah..." "Siap Ndan, malam masih panjang!" Aku pun merebahkan diriku di atas tubuh polisi itu dan melumuri jari-jariku dengan pejuhku. "Nih jilati pejuhku," perintahku, dan ia pun menurut. Selagi ia menjilati jari-jariku, aku mencoba menjilati pejuhnya yang tercecer di sekitar perutnya. Rasanya manis dan gurih. Rizki bangkit dan duduk di tepi mobil patroli. Aku pun duduk di sebelahnya dan sejenak kami berpandangan satu sama lain. Aku menciumnya kembali, dan ia pun membalasku; rasa pejuh yang masih tersisa di mulut Rizki dan aroma pejuhku yang masih tersisa di wajahnya ikut menambah romantis ciuman itu. "Ndre aku mau diservis kaya gini tiap hari... kamu mau?" "Siapa takut?" tantangku sambil mengelus-elus kontolnya yang sudah melemas itu. "Ah geli Ndre!" Protesnya kututup dengan ciumanku, dan ia membiarkanku mengelus-elus kontolnya selagi berciuman. "Waktunya ngerjain Pak Kris?" godaku. Rizki mengangguk, dan kubiarkan ia merapikan diri sebentar. Celana dinas dan ikat pinggangnya terlempar entah ke mana, dan jelas ia tak bisa mengenakan celana dalam lagi. "Awas kejepit," peringatku saat ia menarik resletingnya. Rizki hanya tersenyum. Kupandang lagi polisi itu yang kini kembali berseragam lengkap, hanya saja tonjolan kontolnya tak seberbentuk tadi. Berdua kami masuk kembali ke rumah.

Ah malam masih panjang... dan masih ada satu lagi mangsa malam hariku yang belum dinikmati sepenuhnya... apa ya yang kira-kira akan kulakukan pada Pak Kris dan Rizki berikutnya?

(bersambung)