Senin, 09 Mei 2011

Satpam sekolahku (bagian 2)

Doni mengurut kontolku perlahan-lahan dan sensasi itu pun kembali menerpaku. Nikmat sekali rasanya. Beberapa kali satpam itu mengurut kontolku dan aku pun merasa ada sesuatu yang keluar dari kontolku, tapi aku tidak merasa sedang pipis. Mungkin ini ya yang namanya pelumas atau precum, pikirku. Nanti aja deh lihat punyanya Doni, dia keluarin itu juga ga. Mengetahui aku mengeluarkan precum agak banyak, Doni mengoleskannya pada kepala kontolku, membuatku menggeliat. "Geli ya," ujar Doni tersenyum melihatku. "Biar ga lecet nanti kontolnya waktu dikocok. Kalau kurang licin, pakai ludah bisa juga. Jangan pakai sabun, bisa perih nanti kalau kelamaan." Aku manggut-manggut mendengar penjelasannya. "Siap ya." Ia mulai menggenggam batang kontolku dan mengocoknya.

Awalnya terasa geli, namun berikutnya terpaan rasa nikmat menjalar di seluruh tubuhku, menegangkan otot-otot di sekitar selangkanganku, dan ada dorongan untuk... Mengerang. Untuk pertama kalinya aku mengerang karena rasa nikmat itu. Doni tampak lihai sekali dalam urusan mengocok kontol, dan sesekali ia juga mengocok kontolnya ketika mulai lemas. "Biar nanti kukocok kontolnya Mas," ujarku. Aku juga ingin mencoba mengocok kontol. Maka ia berhenti mengocok kontolnya dan tangannya yang bebas ia gunakan untuk meraba-raba tubuhku. "Jangan fokus di kontol aja, ada beberapa tempat di badanmu yang bisa bikin nikmat juga," jelasnya. "Misalnya di sini." Ia meraba dadaku dan puting susuku. Terasa geli, tapi anehnya rasa geli itu segera menjalar ke kontolku dan menambah rasa nikmat dari kocokan si satpam. Beberapa saat ia juga memainkan puting susuku sebelum ia berpindah sasaran. "Jangan lupa, kontol ini nggak cuma batang aja, tapi ada bola-bolanya. Bisa kaumainin supaya tambah enak." Benar saja, ketika ia merabai bola-bolaku, rasa geli bercampur nikmat menjalar lagi. "Enak?" "Enak banget Mas." "Nanti kalau mau keluar bilang ya." "Keluar apanya Mas?" "Maninya dong!" "Kapan tuh Mas?" "Ya ampun kau ini polos sekali, sering main kontol tapi ga pernah dikeluarin!" Ia tertawa kecil. "Nanti kau juga akan tahu sendiri kalau mau keluar. Dah dinikmati aja, ga usah banyak dipikir! Ni lemes lagi kan..."

Entah sudah berapa lama berlalu, mungkin sekitar sepuluh menit, mendadak aku merasa ada tekanan di sekitar selangkanganku, seperti ada cairan yang mendesak keluar. Perasaan tadi sudah pipis, jadi apa ya ini sebenarnya? Tapi aku malu bertanya ke Doni, katanya tadi dinikmati aja... Maka aku berusaha mengabaikan rasa itu, tapi semakin lama tekanannya semakin kuat. Kucoba menahannya dengan mengejan dan mengencangkan otot-otot selangkanganku. Doni tampaknya tahu gelagatku karena ia bertanya, "Mau keluar ya Bas?" "Kayanya si Mas, dah ga tahan ni..." "Keluarin di mulutku ya." Sebelum aku bisa mencerna apa maksudnya, satpam itu pun melahap kontolku dan menghisapnya. Hawa hangat menerpa kepala kontolku diikuti dengan sapuan sesuatu yang agak kasar, sepertinya lidahnya, memberikan sensasi baru bagiku. Sensasi yang begitu nikmat, membuat tekanan itu menjadi sangat kuat. "Maaaassss aku ga tahaaannnn... Aaaaahhhhhh....." Kulepaskan tekanan itu, dan kurasakan ada cairan yang mengalir dengan kencangnya di saluran kencing sepanjang kontolku, dan keluar begitu saja seperti disemprotkan. Setelah cairan itu keluar, aku merasa ada yang mengumpulkan tenaga kembali, lalu semprotan berikutnya pun terjadi, diikuti rasa lega yang luar biasa. Enam semprotan kuat dan tubuhku melemah. Capek sekali rasanya, tapi enak. Jauh lebih enak daripada saat aku terbangun dan menyadari celanaku basah. Jadi ini toh caranya supaya bisa keluar... Aku merasa kontolku mulai melemas, geli sedikit ketika Doni menjilati kepala kontolku. "Enak kan?" "Enak banget Mas." "Manimu juga enak, hangat dan manis. Mau lagi ya kapan-kapan?" "Iya Mas. Punya Mas sendiri ga dikeluarin?" "Keluarin dong Bas... Kocokin kaya tadi yah."

Maka kami pun bertukar posisi: aku sekarang duduk, satpam itu berdiri di depanku. Kontolnya agak lemas, tapi begitu kupegang kontol itu langsung hidup lagi dan mengeras. Precumnya mulai keluar, kuoles-oleskan ke kepala kontolnya. Doni tampak menikmati permainan itu. Kugenggam kontolnya dan mulai kukocok pelan-pelan, takut kalau sakit. Aku tak bersuara, hanya Doni yang mengerang pelan. "Basahin dikit Bas...," pintanya. Aku baru saja mau meludah ketika muncul ide iseng di kepalaku. Daripada begitu, mending dijilati saja! Langsung dari sumbernya! Lagipula kontol satpam itu menggiurkan sekali... Kutarik kontolnya dan Doni pun bereaksi dengan melangkah maju, sehingga kini kontolnya dekat sekali dengan wajahku. "Jangan ditarik dong Bas, ntar molor gimana dong?" candanya lalu tertawa. Tawanya langsung berganti desahan ketika kusapukan lidahku ke kepala kontolnya. "Ooooohhhh nakal kau Basssss... Terusiiinnn, enaaakkkhhh... Jilatin kontolkuuuu... Hhhhhh..." Aku terus menjilati kepala kontolnya hingga basah, lalu kulanjutkan sedikit di batangnya. Muncul lagi di benakku, kalau bola-bolanya dijilati juga, enak kali ya? Maka aku pun merogoh ke dalam celananya dan mengeluarkan bola-bola kontolnya, kemudian kujilati hingga basah. Tanganku yang menganggur meremas-remas kepala kontolnya dan mengocoknya perlahan. Doni gelinjatan dan mengerang tanpa henti. "Aaahhhh pintar banget kau Baassss... Teruuussss... Bikin aku keluar Baassss.... Mmmmhhhh ooohhhh..." Aku berhenti menjilati bola-bolanya dan kini fokus mengocok batang kontolnya. Kutatap satpam sekolahku itu dan tersenyum melihat raut wajahnya yang begitu menikmati permainanku. "Kocokanmuu enakkk Baaasss... Ooohhhh... Kencengin dikit Baasss... Aahhh yaa segitu, enakkkhhh... Oooohh aaaahh ooohhh aaahhh dikiittt lagiii Baaasss... Kencengiiinnn..." Kupercepat kocokanku, kuduga Doni mau keluar. Kusapukan pipiku pada pangkal kontolnya, lalu kujilat-jilat lagi daerah itu sambil terus kukocok kontolnya. "Uoooooohhhhh....." Satpam itu mengerang panjang, kemudian aku merasakan kedutan singkat yang sangat kuat pada kontolnya. Kujepit ujung lubang kencingnya, kemudian cepat-cepat kutarik wajahku; aku ingin melihat kontol satpam sekolahku beraksi. Kontolnya sudah berkedut hebat dua kali, dan pada kedutan ketiga kubuka tanganku. Croooooottttt... Aku terkesima ketika cairan putih kental menyembur dari kontol satpam itu, jauh sekali ke belakang. Tubuh Doni bergetar seiring dengan semburan berikutnya. Kupegang pangkal kontolnya untuk menikmati kedutan demi kedutan saat kontol itu menyemprotkan maninya. Semprotan kelima mulai melemah; kutadahkan tanganku untuk menampung maninya, dan setelah semprotan ketujuh kuoleskan maninya ke kontolnya. Doni mengerang dan sedikit menghentakkan kakinya. "Geli Bas..." Aku tak peduli dan terus mengocok kontolnya perlahan hingga tidak ada lagi mani yang keluar. "Enak ga Mas?" "Enak banget Bas, kau ahli bener. Sudah lama sekali Mas nggak dikocokin sehebat ini." Ia mengelus-elus kepalaku tanda terima kasih. "Kapan-kapan lagi ya Bas." Kujawab dengan remasan mantap pada kontolnya.

Setelah merapikan dan membersihkan diri di toilet, Doni dan aku kembali ke ruang tunggu dan bercanda kembali. Sesekali kuremas kontolnya dan ia kembali terangsang, sayangnya ayahku sudah datang menjemput. Hari-hari berikutnya, aku semakin akrab dengan Doni, bahkan ia juga mulai akrab dengan ayahku. Ia bahkan mulai sering jadi objek permainan kontol anak-anak kelas dua saat tidak ada guru yang melihat, namun ia hanya mau bermain hingga keluar denganku saja. Tiap kali ada kesempatan, terutama setelah ekstrakurikuler dan saat sekolah sepi, aku selalu memuaskan hasratnya. Sayang sekali waktu berlalu begitu cepat, dan akhirnya aku lulus juga. Aku sempat menangis saat hari terakhir bersekolah, namun Doni memelukku dan berjanji akan tetap berhubungan denganku saat aku SMA nanti. Benar saja, di SMA seminggu sekali aku main ke rumah kontrakannya, dan entah bagaimana caranya ia bisa pindah tugas ke SMA-ku sehingga kami bisa bermain seperti dulu. Bahkan, salah satu satpam SMA-ku ternyata juga gay, dan tak terlalu lama setelah itu aku pun rutin bermain bertiga dengan satpam-satpam sekolahku. Aku selalu memegang kendali atas satpam-satpam itu saat bermain, dan mereka selalu ketagihan. Mungkin lain kali bisa kuceritakan pengalamanku main bertiga dengan dua orang satpam. Yang jelas, itulah kisahku bermain dengan satpam sekolahku.