Minggu, 11 Oktober 2015

Intipan ke naskah cerita Fei

Buat yang nunggu-nunggu, ini sedikit intipan dari naskah cerita yang masih ditulis. Ada tiga naskah: yang pertama melanjutkan kisah perkosaan satpam Farouk dan Wisnu, yang kedua kisah seorang keturunan Tionghoa yang tidak sengaja tertidur di kontol seorang polisi di bis kota, dan yang ketiga seharusnya sebuah cerpen tentang satpam lagi. Yang tentara mana? Nanti yah kalau Fei udah bisa ketemu sama pacar Fei, hehehe...

Dan tiba-tiba aku merasakan tongkat satpam itu lepas dari pantatku. Kontolku juga tidak lagi berada dalam mulut si maling. Maling itu berjalan ke belakang sehingga aku tidak tahu dia sedang apa. "Ngapain lu To?" tanya maling yang sepertinya juga kebingungan temannya mau apa.
"Aku mau buka iketannya."
"Eh gila kau To! Nanti kalau dia ngelawan gimana?"
"Aku bukan mau bebasin dia Dul! Aku pingin ngentotin dia, jadi ini iketan di kakinya kulepas, dipindah ke atas gitu!"
"Ntar dia tendang kau baru tahu rasa lho!"
"Dah tenang aja, dia udah nurut kok!" Aku bisa merasakan ikatan yang melilit kakiku ke tiang itu mulai kendor, sebelum akhirnya ikatan itu lepas seluruhnya. Aku menggerak-gerakkan kakiku sebentar untuk melemaskan kakiku yang kaku. Tak lama kemudian aku merasakan tali yang sama kini melilit dada atasku, walaupun tidak sekencang tadi, mungkin supaya aku tidak sesak nafas. Dia menyisakan sedikit bagian pada daerah puting susuku; pasti dia mau memainkannya lagi. Setelah selesai, dia tidak kembali ke depan, tapi malah menyentuhkan kontolnya ke tanganku dan menggesek-geseknya. Aku belum pernah memegang kontol pria lain, bahkan kontol Pak Wisnu pun aku tidak berani. Benda itu begitu hangat dan keras; tanpa sadar aku pun menggenggamnya dan berusaha mengocoknya. Sayang tanganku terikat erat jadi tidak bebas bergerak, tapi dia paham itu dan berinisiatif memajumundurkan kontolnya di genggaman tanganku. Besar juga punyanya, tapi tetap saja lebih besar punyaku. Dia tak terlalu lama melakukan hal itu, kemudian dia ke depanku dan mulai menggesek-gesekkan kontolnya ke kontolku. Benar-benar pengalaman baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya; biasanya payudara pacarku yang menggesek-gesek kontolku, tapi kali ini kontol pria lain. Sama-sama kerasnya. Aku mengerang dibuatnya. Ternyata seru juga.
Sebelum dia tiba-tiba menciumku di bibir.
Awalnya aku merasa jijik; kumisnya beradu dengan mulutku. Tidak ada pria lain yang pernah menciumku di bibir! Namun mungkin aku sudah terbawa aliran permainan maling itu, sehingga lama-lama aku pun menikmatinya. Kubalas ciumannya seakan-akan itu pacarku. Belum tahu dia ciuman dahsyat yang selalu bikin pacarku klepek-klepek! Dia terus menggesek-gesekkan kontolnya dengan kontolku sambil membalas ciumanku. Mungkin ada lima menit kami berciuman sampai akhirnya dia mengakhiri ciuman itu dan mengocok-ngocok kontolnya sebentar, kemudian ia berusaha mengangkat kakiku. "Emang kuat kau To ngentot gaya begituan?" cemooh maling satunya.
"Lihat aja!" Ya ampun, ia akan mengentotku! Biasanya aku yang ngentot cewekku, tapi kali ini aku akan dientot! Jantungku berdegup tak karuan, antara marah karena tidak seharusnya cowok ngentot cowok--apalagi aku yang akan dientot, takut kesakitan, tapi juga penasaran. Seperti apa rasanya dientot? Tadi aku sudah merasakan dientot dengan tongkat satpam, yang tentu saja dingin dan kaku. Kalau sebatang kontol yang memasuki pantatku?
Belum sempat pertanyaanku terjawab, maling itu langsung saja menusukkan kontolnya ke pantatku. Mungkin karena pantatku sudah cukup longgar gara-gara tongkat satpam tadi, aku tidak merasa sesakit tadi, sekalipun ia memasukkan batang kontolnya hingga ke pangkal. Lagi-lagi aku berhadap-hadapan dengannya, dan tanpa permisi lagi ia langsung mengentotku.

Ah... jadi ini rasanya dientot...

Entah berapa lama aku tertidur dan terbangun, tertidur lagi dan terbangun lagi, tapi sepertinya bis itu mulai penuh sesak--sayup-sayup aku mendengar suara hiruk pikuk orang-orang yang menaiki bis itu dan sesekali si kondektur yang berteriak menyebutkan lokasi atau menyuruh orang-orang untuk semakin masuk ke dalam. Entah kenapa rasa kantuk begitu hebat menyerangku, kepalaku sampai terangguk-angguk. Hingga akhirnya aku merasa kepalaku ditopang sesuatu. Seseorang yang jelas. Di... pahanya? Namun entah akunya yang kurang ajar atau terlalu mengantuk sampai malah membuat kepalaku nyaman dengan sandaran itu, atau orangnya yang diam saja, orang itu membiarkan kepalaku bersandar. Lumayan lah, hehehe...

Sampai aku merasa ada sesuatu yang hangat di telingaku. Bis kota biasanya memang panas sih, tapi yang di pipiku ini lain. Masa pahanya sehangat itu ya? Kemudian aku merasakan ada yang bergerak-gerak. Ah aku sedang bermimpi mungkin... Tapi lama-kelamaan sesuatu itu menjadi semakin keras dan gerakannya menjadi lebih tajam. Ini... kontol kah? Aku tersentak begitu memikirkan benda yang satu itu, dan aku pun terbangun. Ya ampun, aku bersandar di kontol orang? Sontak kulihat siapa orang itu.

Jantungku berdegup keras ketika melihat celana coklat itu, yang terlilit sebuah sabuk putih dengan gesper emas yang besar. Mati aku... aku bersandar di kontol polisi??? Segera aku menoleh ke atas, dan benar saja, seorang polisi berdiri menghadapku. "Aduh maaf Pak, saya ketiduran," ujarku gugup.
"Oh ga pa pa kok," jawab polisi itu sambil tersenyum. "Kamu pasti kecapekan sekali ya? Tidur aja bersandar kaya tadi." Sejenak aku melihat ke arah selangkangannya dan sedikit terkesiap. Besar juga bonggolan kontolnya. Aku menatapnya kembali dan dia hanya tersenyum sambil memberi kode supaya aku bersandar seperti tadi. Ya sudah, kalau dia yang minta... Aku kembali menopang kepalaku dengan tangan kiriku, lalu perlahan-lahan bersandar ke polisi itu. Sekarang tanganku kuatur supaya pas menyentuh kontol polisi itu--dia sendiri juga mencari posisi supaya pas. Kebetulan sekali bangku di bis kota itu sangat tinggi sehingga aksiku tidak terlihat oleh orang lain, sekalipun oleh orang yang berdiri di sampingnya--dan entah kenapa orang-orang di sampingnya menghadap ke arah yang berlawanan, sehingga praktis hanya lelaki gendut yang tertidur itu yang hanya bisa mengacaukan aksiku. Walaupun begitu, aku tetap pura-pura tertidur sambil sengaja bersandar ke polisi itu. Punggung tanganku mengelus-elus kontol polisi itu, yang belum mengeras sepenuhnya namun sudah tercetak jelas di celana dinasnya. Mungkin panjangnya sekitar 16 cm? Aku tidak tahu pasti, tapi yang aku tahu, seperitnya asyik bisa memainkan kontolnya. Sesekali kulirik polisi itu, dan ia pun tersenyum, sesekali berbisik "enak", "lagi dong", atau sekedar membuka mulutnya seakan mendesah. Kubalik tanganku sehingga kini jari-jariku yang bersentuhan langsung dengan kontolnya, dan kupijat-pijat perlahan. Sesekali aku melirik lelaki di sebelahku, siapa tahu ia tiba-tiba terbangun, namun ia masih tertidur pulas--ngorok pula. Jadi kadang-kadang aku pun sengaja menggunakan tangan kananku untuk meremas-remas kontol polisi itu. Celananya yang cukup ketat memberikan kesan tersendiri pada permainanku itu; kedua biji pelirnya tertata rapi dan menonjol, sepertinya berkat celana dalam yang ketat dan berkualitas. Biji pelir itu begitu menggoda, sesekali kujepit dengan kedua jariku, seakan-akan hendak mengguntingnya, dan polisi itu membuat raut muka yang menggairahkan tiap kali aku melakukannya. Batang kontolnya pertama agak tertekuk, namun sudah kubantu meluruskannya, walaupun tetap saja posisinya tidak dapat lurus benar; masih melengkung ke arah paha kirinya.

Seru juga ternyata memainkan kontol di tempat umum seperti itu!

Entah bagaimana caranya temanku itu bisa membawa peralatan-peralatan aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya, dan entah bagaimana caranya dia bisa mengikat si satpam Meichell sehingga berdiri dengan kedua tangan terentang. Seksi juga dia diikat seperti itu, aku jadi semakin horny. "Terus dia diapain?" tanyaku.
"Lu liat aja." Ia menyiramkan sedikit bir dingin ke muka si satpam Meichell sehingga agak tersentak dan sadar. "Di... di... di mana ini..."
"Nyantai Chell, bentar lagi enak kok," bisik temanku sambil meremas-remas dada satpam Meichell dari belakang.
"Saya... saya... mau diapain Bang..." Sepertinya dia masih kena pengaruh obat dan bir. Sedikit meronta-ronta tidak rela tubuhnya diraba-raba seorang cowok, tapi sedikit bagian dari tubuhnya mengatakan berbeda.
"Ga diapa-apain kok, pokoknya enak." Pelan-pelan ia membuka kancing baju seragam hitam si satpam Meichell, kemudian mengelus-elus dadanya, di sekitaran puting susunya. "Aaaahhh...." satpam Meichell hanya bisa mengerang keenakan. "Jangan Bang..."
"Dah nikmati aja Chell." Aku mengamati tonjolan kontolnya, sepertinya mulai membesar lagi. "Yo, mainin dah tuh kontolnya!" Aku pun berjongkok di depannya. "Jangan Mas..." Kuremas-remas bonggolan kontol itu. Satpam Meichell pun agak meronta-ronta ketika barang pribadinya disentuh cowok lain. Aku pun sebenarnya bakal geli juga kalau ada cowok lain menyentuh kontolku, tapi kali ini aku benar-benar penasaran. "Mas..."
"Gede ga barangnya Yo?" Ia memelintir kedua puting susu satpam Meichell yang masih tersimpan di balik kaos singletnya. Satpam Meichell mulai mengerang, antara kesakitan dan keenakan. "Bang..." Nafasnya tetap berat, tidak diragukan lagi ia terangsang berat. Temanku satunya sepertinya menikmati pantat si satpam Meichell. Lama-lama aku jadi menikmati permainan itu. Jadi begini toh rasanya mainin kontol cowok...
"Yon, ambilin gunting!" Temanku yang bernama Dion tapi lebih sering dipanggil Yon itu pun mengambil gunting. "Mau... mau apa Bang..."
"Dah lu diem aja!" Dengan gunting itu, ia membuat lubang pada kaos singletnya, tepat di sekitar puting susunya. Aku bisa melihat kedua puting susunya melenting. Sekilas agak mirip puting susu cewek... tapi sayangnya kedua temanku itu langsung menikmati puting susu si satpam Meichell dengan mengisap-isapnya, meninggalkanku dengan kontolnya. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka resleting celananya untuk memuaskan rasa penasaranku atas bentuk kontolnya. Kurogoh ke dalam dan kukeluarkan kontolnya. Kontolnya baru setengah tegang tapi besar juga ternyata, dan sudah meneteskan precum. Si satpam Meichell mengerang ketika aku mengelus-elus barang pribadinya itu. "Bang... Mas... jangaaannnhhhh..." Sesekali si satpam memekik ketika teman-temanku menggigit-gigit puting susunya, namun setelah itu ia mengerang keenakan lagi. Tak terasa celanaku mulai terasa sesak juga. Kenapa aku jadi terangsang karena kontol? Tapi sekarang aku penasaran membuatnya muncrat... Kukocok-kocok kontolnya untuk membuatnya semakin menegang. "Yo lu canggih amat ngocoknya," celetuk temanku melihat aku mengocok kontol satpam itu. "Dia merem melek tuh!" Aku tidak menghiraukannya dan terus mengocok batang kontol satpam itu. Entah apa lagi yang dilakukan temanku itu ketika si satpam sesekali memekik. Akhirnya aku penasaran dan menoleh ke atas. Gila, temanku itu sedang mencabuti bulu dada si satpam! Tapi dengan tiap pekikan, kontol si satpam malah bergerak mengacung. Apa dia menikmati disiksa?
Terdengar suara sobekan; ternyata temanku malah menyobek singlet si satpam. Aku pun berdiri melihat hasilnya. "Gilaaaa.... itu bulu apa bulu tuh???" Bulu dadanya cukup halus di atas, namun semakin ke bawah semakin lebat, dan tidak terputus sampai di perutnya, bahkan ke selangkangannya. Aku tadi memang sempat sedikit merasakan rambut jembutnya, namun karena kontolnya sudah menyembul dari balik celana dalamnya, aku tidak tahu selebat apa di dalam. "Lu kocokin terus aja bro kontolnya, biar dia tetap keenakan!" Aku sih senang-senang saja mengocok kontolnya. Kali ini aku mendekapnya dari belakang dan mengocok kontol si satpam Meichell seakan-akan mengocok kontolku sendiri. Kontolku menyentuh pantatnya yang padat dan hangat. Gilaaa, pikirku. Ni kaya pantat cewek aja! Secara naluriah kugesek-gesekkan kontolku ke pantatnya. Kurasakan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Si satpam Meichell tetap terpekik ketika bulu-bulunya dicabut satu per satu. Ketika pekikannya berhenti, aku pun terheran. Sudah selesai kah?
Rupanya belum. Temanku hanya mengambil sepasang alat yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ia meletakkan alat itu pada puting susu si satpam Meichell, dan entah apa lagi yang ia lakukan, sehingga kini tampak seakan-akan puting susunya besar sekali. Ia memainkan "puting" baru si satpam, dan mungkin puting itu memberikan sensasi campur aduk bagi si satpam karena ia memekik sambil mendesah. Dion temanku ternyata malah menjilati bola-bola kontol si satpam!
"Eh lu udah siap belum?" temanku tiba-tiba bertanya.
"Siap apa?"
"Ngentotin dia lah! Udah ngaceng berat belum lu?" Tanpa ba bi bu ia meraih kontolku dan meremas-remasnya. "Kurang keras ini mah Bro! Sini kukerasin lagi!" Sebelum aku bisa menolaknya, ia langsung membuka kait celana jinsku dan menurunkannya, lalu mengeluarkan batang kontolku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia menghisap kontolku. Gila nikmatnya! Tanpa permisi lagi aku mengerang keenakan ketika temanku dengan buas menghisap kontolku maju mundur. Aku bahkan hampir siap untuk mengentot mulutnya ketika ia berhenti. "Loh kok berhenti?"
"Waktunya lu ngentot si Meichell!" Agak kecewa sebenarnya karena kenikmatanku berhenti, jadi kukocok-kocok kontolku agar tetap ngaceng. Temanku kembali membawa gunting, dan tanpa kuduga ia menggunting celana si satpam! Ia membuat lubang yang lumayan besar di kedua pipi pantat si satpam, dan satu lagi di sekitar lubang pantatnya. Benar-benar pantat yang ranum! Ia menepuk-nepuk pantat si satpam sampai merah, lalu mempersilakan aku untuk mulai beraksi. Aku agak ragu-ragu...

...namun nafsu sudah mendorongku terlalu jauh. Tak ragu-ragu lagi kudorong kontolku memasuki lubang pantatnya.

Yang satu ini entah mau dilanjutkan atau tidak...

Kedua polantas itu mengerang ketika orang cebol itu meremas-remas kontol kebanggaan mereka. "Jangan dikira hanya karena aku cebol berarti aku tidak normal! Aku juga bisa mainin kontol kalian, dan kalian akan ketagihan!" Tinggi orang cebol itu pas sekali hanya setinggi selangkangan kedua polisi itu, jadi tangannya sangat pas untuk meremas kontol. "Jadi, kalian pilih yang mana? Mau dibikin enak?" Orang cebol itu meremas-remas kontol kedua polisi itu dengan lembut. "Atau dibikin 'enak?'" Orang cebol itu memperkeras remasannya dan mendorong tangannya semakin masuk ke dalam selangkangan kedua polisi, membuat kedua polisi itu mengerang dan berjalan mundur sampai akhirnya mereka terhentikan oleh tembok pos jaga. "Kau berani melawan polisi ya?!" ancam salah satu polisi.
"Oh siapa takut? Kalian sekarang saja sudah loyo kuremas kontolnya!" Tinggi badan orang cebol itu memberinya keuntungan tambahan, membuatnya berada di luar jangkauan pukulan orang dewasa biasa. Ia melepaskan remasannya dari polisi yang mengancamnya, namun dengan cepat ia mengepalkan tangannya dan menghantam tonjolan bola-bola polisi itu, membuat polisi itu mengerang pendek. "Ugh..." Diliputi rasa ngilu yang luar biasa di kontolnya, polisi itu perlahan terduduk di lantai pos. Tanpa basa-basi lagi orang cebol itu langsung menginjak kontol si polisi. Sekali lagi hanya napas pendek yang keluar dari mulut di polisi, diikuti dengan kesadarannya. Polisi itu pingsan.
Dan orang cebol itu masih bisa mempertahankan genggamannya pada polisi yang satu lagi, yang tampak mulai ketakutan. "Jadi, kau mau yang mana?" tanya orang cebol itu lagi.
"Jangan... jangan... kau boleh melakukan apa saja padaku!" jawab polisi itu gemetaran. "Kau boleh memainkan kontolku!"
"Bagus!" ujar orang cebol itu tampak puas, ia tersenyum lebar penuh kemenangan. "Aku sudah muak ditolak ke sana kemari hanya karena aku cebol! Aku juga bisa memberi kenikmatan sama seperti kalian orang normal!" Ia mengelus-elus tonjolan polisi yang masih gemetaran itu. "Jangan takut, aku tidak akan menyiksa kontolmu seperti temanmu yang bodoh tadi. Tapi bantu aku dulu, borgol temanmu. Dia akan kuajari menerima kenikmatan yang sama dari orang cebol."

Tak lama kemudian polisi itu pun mendesah kenikmatan ketika kontolnya diservis habis-habisan oleh si orang cebol.

Selasa, 06 Oktober 2015

[Catatan Fei] Angan-angan yang belum akan jadi kenyataan

Halo semua,

Mohon maaf yah beberapa bulan belakangan Fei tidak merilis cerita baru. Sebenarnya lagi ada tulisan lanjutan untuk cerita Menaklukkan dua satpam straight, tapi masih belum selesai. Beberapa bulan yang lalu tiba-tiba Fei harus berbagi kamar dengan kakak perempuan Fei. Tentu saja, nggak mungkin dong Fei nulis cerita dalam keadaan seperti itu, sekalipun kakak lagi tidur. Mau buka situs-situs gay buat referensi pun Fei jadi takut ketahuan kakak. Jadi ya terpaksa tidak ada cerita baru selama itu. Tapi sekarang Fei sudah tidur sendirian lagi, jadi mungkin dalam waktu dekat akan ada cerita baru rilis atau sambungan cerita yang lama-lama.

Tapi bukan dalam beberapa hari ke depan yah. Fei lagi suntuk berat.

Beberapa pembaca mungkin ingat, Fei pernah nulis cerita yang judulnya Angan-angan yang menjadi kenyataan...?. Hampir saja angan-angan itu terwujud. Minggu depan ada libur hari Rabu kan? Nah, Fei sudah ambil cuti hari Kamis dan Jumat, supaya bisa long weekend. Long weekend ke mana? Ke tempat pacar Fei. Sejak Fei pacaran dengannya, nggak pernah sekalipun kami ketemu. Nah, harusnya long weekend besok jadinya menyenangkan kan? Eh, ternyata, dia kontak balik sore tadi, ternyata dia harus dinas minggu depan hari Selasa sampai Sabtu.

Langsung hancur semua angan-angan Fei yang pingin diwujudkan. Padahal Fei sudah pingin ngasih dia makan enak (maklum tentara), jalan-jalan bareng, makan bareng, tidur bareng, dan tentu saja bercinta. Semuanya gagal begitu saja. Bete bener jadinya... tapi mungkin ya memang itu yah risiko berpasangan dengan tentara. Harus siap kapanpun dia ditugaskan. Nggak boleh ditawar lagi. Jadi, ya dengan sangat terpaksa Fei harus melewatkan long weekend minggu depan di rumah, dan menyimpan lagi semua angan-angan itu. Entah kapan bisa ada kesempatan seperti ini lagi... yah paling nggak dia menghibur Fei dengan ngasih foto terbarunya yang diambil waktu HUT TNI kemarin. Jarang banget dia ngasih foto, baru pula! Tapi Fei nggak akan bagikan di sini yah, rahasia, hehehe...

Fei mohon dukungannya yah, semoga kami akhirnya bisa bertemu.