Rabu, 26 September 2012

Serangan fajar polisi kamar sebelah (bagian 1)

Malam itu benar-benar dingin. Hujan tak henti-hentinya turun sejak sore tadi, membuatku ngantuk saja sejak tadi. Padahal ada rencana untuk ketemu dengan seseorang yang kukenal di situs Y, terpaksa batal deh. Daripada tambah basah di luar, mending tidur saja di kos. Malam minggu yang suram...

Sayangnya, atau malah untungnya, tidurku malam itu terganggu.

Aku sedang bermimpi indah, bergumul dengan seorang pria yang tampan dan gagah, ketika ketukan di pintu kamar kosku akhirnya membangunkanku. Aku sedikit melompat ketika seseorang mengetuk pintu kamarku dengan cukup keras. "Permisi!!!" Aduh siapa sih malam-malam begini, ganggu mimpi indah aja... aku melihat jam wekerku sekilas, jam setengah dua pagi. "Mas, permisi!" Suara itu akhirnya kukenali sebagai polisi yang ngekos di kamar sebelah. Aku tidak terlalu mengenalnya karena jarang ketemu, namun orangnya cukup ramah dan selalu menyapa jika bertemu. Aku tidak pernah ngobrol terlalu sering dengannya sih karena jadwal kerja kami selalu bertabrakan. Tiap kali aku pulang kerja, dia selalu baru berangkat. Sepertinya dia selalu kena sif malam. Kadang-kadang aku berkhayal, apa yang dikerjakan ya malam-malam begitu... "Mas, maaf mengganggu, tapi..."

"...Iya Mas sebentar!" Aku tidak enak juga kalau tidak menjawab, tapi suaraku agak parau. Aku berdeham dan mengulangi jawabanku, lalu bangkit untuk segera membukakan pintu. "Aduh Mas maaf sekali mengganggu, lagi tidur ya?" Memang benar itu polisi kamar sebelah, tapi... "Iya Mas, kok sudah pulang jam segini?" "Iya sama komandan disuruh pulang saja, disuruh balik besok." "Eh Mas masuk dulu gimana? Gila tuh anginnya, hujannya sampai masuk ke sini!" "Ah iya..." Ia segera masuk dan aku segera menutup pintu. Entah kenapa cuaca bisa seburuk itu, bisa-bisa banjir nih... untungnya kamarku di lantai dua. "Jas hujannya taruh di situ aja Mas," ujarku sambil menunjuk ke sebuah wadah yang sebenarnya isinya payung. Aku memang punya wadah khusus untuk payung yang basah. Ia segera melepas jas hujannya, walaupun tetap saja lantai kamarku jadi basah. "Maaf Mas merepotkan..." "Ah nggak apa-apa, toh kita kan sekos." Aku perhatikan seragam dinasnya agak basah, "Kayanya di luar hujan badai ya Mas sampai basah gitu?" "Iya Mas, tadi sebenarnya saya ya nggak mau pulang, tapi di kantor ga ada tempat untuk tidur." "Banjir kah?" "Sudah mulai masuk sih airnya... Eh iya Mas, malam ini boleh nggak saya tidur di sini? Kunci saya ketinggalan..." "Boleh, daripada basah-basahan lagi balik ke kantor." Aku sebenarnya girang dalam hati; walaupun aku tidak tahu apakah dia penyuka sesama, tapi paling tidak aku bisa mengagumi badannya semalam-malaman. Berhubung ranjangku agak kecil, siapa tahu juga bisa mepet-mepet dikit, hehehe... "Makasih banyak ya Mas, maaf mengganggu. Mas tidur lagi aja sementara saya beres-beres." "Ga pa pa Mas. Itu seragamnya lepas aja biar nggak masuk angin." Ia memang melepas seragamnya, dan ternyata ia masih mengenakan kaos dalam berwarna coklat. Aku mengagumi bodinya yang gagah diam-diam dari belakang. "Eh tapi ranjang saya kecil lho Mas, ga apa-apa kah tidur dempet-dempetan?" "Saya tidur di lantai aja Mas ga pa pa." "Nanti masuk angin lho, udah tidur di ranjang sini aja! Selimut saya cuma ada satu pula, nanti bisa dipakai bareng. Ga masalah kan?" "Iya ga masalah Mas." Aku kemudian merebahkan diri di sisi ranjang yang dekat dengan tembok, kemudian ia menyusul di sebelahku setelah membuka sabuknya, namun ia tetap mengenakan celana dinasnya. "Dingin ya Mas," ujarku basa-basi. Ia hanya mengangguk, lalu merebahkan badannya. Aku berbagi selimut dengannya lalu mencoba tidur. Atau berlagak mencoba tidur.

Beberapa saat aku menunggu dengan jantung berdegup. Ia memang sudah menutup mata, tapi kurasa ia belum tidur. Sampai akhirnya aku mendengar dengkurannya. Astaga, dengkurannya jantan sekali; tidak terlalu keras tapi juga tidak terlalu pelan. Wajahnya yang tampan menyisakan sedikit kelelahan di sana, aku refleks mengelus wajahnya, namun hanya beberapa saat karena aku takut ia terbangun. Sayangnya, karena aku menawarkan berbagi selimut dengannya tadi, aku sekarang tidak bisa melihat bodinya yang syur itu. Aku mengutuk kebodohanku sendiri dalam hati, coba tadi ia tidur di lantai, bisa puas-puas aku melihat bodinya! Bisa jadi bahan buat coli juga, hehehe... Aku mengelus-elus kontolku yang masih tegang sedari tadi gara-gara mimpiku. Agak lemas sih begitu ia datang dan ngobrol sebentar, tapi sekarang aku horny lagi membayangkan bodi polisi yang tertidur di sebelahku. Aku agak takut untuk mengeksplorasi bodinya lebih jauh, selain karena sikapnya yang sopan itu bikin aku sungkan, aku tidak pernah berhubungan dengan anggota polisi yang gay. Kalau baca-baca di situs-situs gay kok banyak yang kecewa dengan mereka...

Lamunanku buyar ketika ia mengerang dan memutar badannya dalam tidurnya. Berhubung ranjangku sempit, badannya jadi menempel ke badanku, dan aku sama sekali tidak sempat bereaksi. Tangan kiriku jadi terhimpit badannya. Waduh bisa kesemutan ini lama-lama, pikirku... tapi tanganku merasakan sesuatu yang hangat dan empuk. Ya pasti lah, badan manusia kan hangat... tapi masa badannya sehangat itu? Belum sempat aku membetulkan posisiku, ia memelukku. Deg... jantungku berdegup tak karuan. Dikira aku guling kali ya... tapi kebetulan sekali nih, hehehe... aku mencoba menggerakkan tangan kiriku dan aku bisa merasakan punggung tanganku menyenggol sesuatu yang sangat familiar. Tanganku persis ada di kontolnya. Aku menggerakkan tanganku lagi sehingga sekarang jari-jariku bersentuhan langsung dengan kontolnya. Wih besar juga kontol polisi ini, pikirku. Aku tidak pernah mengamati kontolnya selama ini, dan di situs-situs banyak yang bilang kontol polisi ya sama saja dengan kontol orang biasa, malah banyak yang lebih kecil. Kalau begitu aku beruntung dong, hehehe... aku tidak terlalu mengidolakan polisi sih, tapi kalau bisa dapat ya kenapa nggak.

Iseng-iseng kuremas kontolnya. Tidak ada reaksi. Kuremas-remas lagi kontolnya. Kali ini ada reaksi, ia mengerang namun pelan sekali. Aku mencoba menggenggam batangnya, memang agak tegang sih, tapi sepertinya karena dingin. Seingatku kontol memang bisa menegang tiap 90 menit selama cowok tidur, tapi rasanya belum ada setengah jam deh sejak ia tidur... gara-gara dingin kali ya. Berhubung tidak ada reaksi sama sekali, akhirnya kunikmati meremas-remas kontolnya. Perlahan-lahan aku bisa merasakan kontolnya jadi semakin hangat, walaupun mengeras dengan perlahan. Sepertinya dia tipe cowok yang mainnya perlahan dan lama. Boleh nih dites! Aku terus meremas-remas kontolnya dengan lembut ketika ia melenguh dan mengubah posisi tidurnya. Aku refleks langsung menghentikan remasanku, hanya untuk kaget ketika tangannya menyentuh kontolku. Wah nantang orang ini... tapi dia sadar nggak ya kalau lagi megang kontol? Kutantang polisi yang kelihatannya masih tertidur itu dengan menggerakkan kontolku yang memang sudah mengeras. Ia merespon dengan meremas kontolku. Kugerakkan lagi kontolku, dan ia meremasnya. Ini yang kutunggu-tunggu! Untuk beberapa lama aku memainkan kontolku sebelum akhirnya ia meremas-remasnya sendiri tanpa harus kusuruh. Kuhadiahi polisi itu dengan remasan di kontolnya yang sempat melemas. Ia sesekali mengerang, masih dengan mata terpejam. Aku jadi curiga apa ia benar-benar tidur...

Serangan gerilyanya berlanjut. Tangannya perlahan-lahan menelusup masuk ke kaos tidurku dan entah bagaimana caranya dalam posisi masih memelukku, ia berhasil mendapatkan dadaku. Puting susuku pun dimain-mainkannya, sesekali hanya dielus-elus begitu saja, sesekali dicubit. Aku pun tidak bisa menahan diri untuk tidak mengerang; kalau sampai ia terbangun biar dah, toh ia yang mulai duluan. Puting susuku jadi melenting keras, kontolku mulai mengeluarkan precum cukup banyak di bawah sana, dan aku pun menghadiahi polisi itu dengan remasan kuat di kontolnya tiap kali ia berbuat nakal dengan puting susuku.

Pada remasanku yang terakhir, polisi itu mengubah posisi tidurnya menjadi telentang kembali. Aku agak kecewa karena aku menikmati kehangatan tubuhnya, tapi serangannya rupanya belum berakhir. Tangan kanannya langsung menelusup masuk ke celanaku, dan berhubung celanaku itu sejenis brief, ia pun langsung mendapatkan kontolku. Aku mengerang ketika ia mengelus-elus kepala kontolku yang sudah basah. Ia terus mengelus-elus kepala kontolku, membuatnya mengeluarkan lebih banyak precum, lalu ia mengocoknya. Aku sampai heran dalam hati, bisa yah orang tidur ngocokin kontol? Memang sih kocokannya perlahan, namun justru itu yang membuatku mengerang kenikmatan bercampur kegelian. Aku memang belum disunat, tapi saat tegang sempurna kulupku tertarik sehingga kepala kontolku yang sensitif itu pun tak terlindungi, dan ia mengocok tepat di kepala kontolku. Sialan ni polisi, awas ya kubikin kau gelinjangan dalam tidurmu nanti kalau sudah selesai...

...tapi itu ternyata tak butuh waktu lama. Akibat menahan gejolak horny sedari tadi siang, ditambah cuaca yang dingin, tak lama kemudian aku muncrat. Aku sedikit terengah-engah dibuatnya, dan sekarang giliranku membalas serangan polisi itu.

Ia tampak masih tertidur, tapi aku tak peduli lagi kalau tiba-tiba ia terbangun dan memergokiku. Tangannya yang basah dengan spermaku bisa kujadikan bukti kalau ia sebenarnya juga doyan kontol. Aku menyingkap selimut yang dikenakannya, sehingga kini tampaklah dengan jelas bonggolan kontolnya yang masih terlindungi celana dinas coklatnya yang ketat itu. Masih terlihat belum tegang betul, tapi peduli amat... aku mengelus-elus kontol itu, kemudian kubuka kait dan resleting celananya. Ia mengenakan celana dalam berjenis trunk, tapi celana dalamnya ketat sekali. Mungkin supaya bebas bergerak ya... Kuturunkan juga celana dalam itu dengan hati-hati supaya tidak membuatnya terbangun, walaupun ia sempat menggeliat. Rasanya ia menggeliat untuk memperlancar usahaku melucuti pertahanan kontolnya. Dan benar saja, tak lama kemudian aku mendapati kontolnya menegang bebas di hadapanku. Kuelus-elus batang kontol polisi itu dengan lembut sementara tanganku yang satu lagi memainkan bola-bolanya dengan agak kasar. Tidak ada jembut sama sekali di kontolnya, sepertinya dicukur habis beberapa hari yang lalu. Aku lebih suka jembut sebenarnya, tapi tak apa lah, kontol polisi ini besar sekali. Sesekali kusentil ringan bola-bola kontolnya, dan aku hanya mendapatkan reaksi dari kontolnya yang bergerak. Sok kuat nih, tunggu ya... Aku memainkan nafasku di kepala kontolnya, kurapatkan bibirku tepat di perbatasan antara batang dan kepala kontolnya, lalu kumainkan lidahku di pucuk kontolnya. Kubuka lubang kencingnya, bisa kurasakan precumnya mulai mengalir. Gurih rasanya. Kumulai hisapanku, dan akhirnya erangan pun keluar dari mulutnya. Nah, rasakan kau, mana tahan kau dengan hisapanku... selain bibirku yang mengatup rapat pada batang kontolnya, lidahku pun menyapu setiap sudut kontolnya, terutama di bagian bawah kepala kontolnya. Aku ingin menguji seberapa lama polisi itu tahan dengan hisapanku. Seranganku kutambah dengan elusan, remasan, atau sentilan pada bola-bola kontolnya yang polos itu. Menurut beberapa orang yang pernah main denganku, seranganku itu sangat maut dan banyak yang muncrat tak sampai lima menit.

Tak terkecuali polisi ini. Tiba-tiba tubuhnya mengejang, ia mengerang agak keras, dan akhirnya aku merasakan ia menembak spermanya di dalam mulutku. Terasa hangat, kental, dan gurih, kutelan spermanya. Eits, jangan dikira permainan sudah selesai...

7 komentar:

  1. kok nanggung semua nih ceritanya. mana ni lanjutannya ???

    BalasHapus
  2. lama bener sequele 2 nya. arghhhh.....

    BalasHapus
  3. cerita ini dilanjutin juga donk. terlebih cerita polisi cinde yang diperkosa zakaria.

    BalasHapus
  4. kerjain balik polisinya mumpung lagi tidur !

    BalasHapus
  5. Co, lanjutin cerita ini dong !

    BalasHapus

Komentar Anda akan dimoderasi sebelum ditayangkan. Berkomentarlah sopan dan terjaga. Promosi akan otomatis dihapus. Tuliskan juga jika Anda tidak ingin komentar ditayangkan (misalnya jika hanya memberi informasi).