Minggu, 20 Maret 2011

Kegagahan seorang polisi (bagian 1)

Cerita ini hanyalah rekaan semata, kesamaan nama dan tempat hanyalah kebetulan belaka. PERINGATAN: Konten ini mengandung materi dewasa dan homoseksualitas. Jika Anda tidak dapat menerima materi ini, segera tinggalkan blog ini.

Cerita kali ini terinspirasi dari cerita seorang teman, mudah-mudahan bisa kuceritakan ulang dengan baik. Beberapa detail mungkin keliru karena aku sendiri tidak paham apa saja atribut seorang polisi, jadi mohon masukannya yah :)

Tiap hari aku melewati jalan itu di pagi hari, mataku selalu tertumbuk pada seorang polantas yang rutin mengatur lalu lintas di perempatan. Tingginya sekitar 175 cm, badannya kekar dibalut seragam dinasnya, walaupun perutnya agak sedikit mulai membuncit, umurnya kira-kira menjelang tiga puluhan, dan ia selalu mengenakan kaca mata hitam. Aku tidak yakin apakah polantas itu gay, tapi ia ramah sekali padaku. Ia sampai hafal jam kerjaku, jam ketika aku melewati jalan itu, dan ia bahkan selalu bertanya ketika aku terlambat atau lebih pagi. Tentu saja kusempatkan diri untuk ngobrol barang sejenak, walaupun mungkin saat itu aku sudah terlambat. Aku selalu menatap matanya saat berbicara, walaupun tentu saja kaca mata hitamnya menghalangi matanya, jadi aku tidak bisa menebak apakah ia tertarik padaku. Oh ya, namanya Bernard, sehingga aku sering menggodanya dengan memanggilnya Bernard Bear seperti film animasi yang diputar di salah satu stasiun televisi swasta, dan ia selalu tertawa. Lama-lama jadi luluh aku, tapi aku tak berani menyatakan perasaanku padanya.

Sampai akhirnya teman kerjaku mengajari cara menghipnotis orang. Tekniknya mampu bertahan selama satu jam; ia buktikan dengan menghipnotis satpam kantor dan menyuruhnya macam-macam. Setelah satu jam, ia mengakhiri hipnotisnya dan satpam itu tidak ingat apa-apa. Wah, bisa dicoba ke si beruang Bernard nih, pikirku. Setelah cukup lama, akhirnya aku bisa juga menghipnotis hingga sekitar setengah jam. Tentunya itu tidak kugunakan untuk perbuatan jahat seperti mencuri, tapi hanya sekali ini saja ingin kugunakan kemampuanku untuk mencicipi kegagahan Bernard.

Hari Minggu itu, kebetulan sekali rumahku sedang kosong. Kuputuskan pagi hari itu menemui Bernard dan menghipnotisnya agar mau ke rumahku. Aku pun berjalan menuju pos polantas di perempatan jalan itu, dan sesuai harapanku Bernard ada di situ, bahkan sendirian. Aku mulai gugup; kuingat-ingat teknik hipnotisku berulang kali. Jangan sampai gagal; aku tak tahu apa reaksinya kalau ia terbangun saat kunikmati kegagahannya... Ia melihatku dari kejauhan dan menyapaku duluan dengan melambaikan tangannya. Duh mataku tertumbuk pada dadanya yang bidang dan otot lengannya yang kekar; sekalipun seragamnya menutupinya, seragam itu sangat ketat sehingga badannya tercetak dengan jelas. "Dengaren Mas pagi-pagi gini jalan? Lembur kah?" sapanya ketika aku menghampirinya.

"Oh nggak kok, cuma pingin jalan pagi aja," jawabku asal. "Mas Bernard Bear sendirian aja nih?" Ia tertawa sejenak dan menjawab, "Iya nih, padahal ngantuk bener, tadi malam habis nonton bola." "Emang temennya ke mana?" tanyaku lagi. "Kebetulan aja aku sendirian Mas, tapi ini cuma bentar kok, sepuluh menit lagi selesai, habis itu aku bebas. Nggak rame juga jalanan, namanya juga hari Minggu..." "Mau ke rumah Mas? Kebetulan lagi sepi, aku diminta jaga rumah, rada kesepian juga, biar ada teman ngobrol gitu..." "Wah asyik tuh, bisa main dong, hehehe..." Jantungku seakan berhenti berdetak ketika Bernard mengatakan hal itu. "Mau deh, habis ini ya, tunggu sebentar lagi." "Iya Mas," jawabku pendek, masih terkejut dengan jawabannya. Tanpa harus dihipnotis ia sudah mau ke rumah. Jalan sudah terbuka, tapi aku harus tetap hati-hati. Aku tidak mau kehilangan kesempatan emas ini untuk selamanya...

"Besar juga ya rumahnya," komentar Bernard ketika memasuki rumahku. "Iya Mas, pembantu lagi pulang. Ortu lagi keluar kota, tiga hari lagi baru balik." "Mau aku jagain kah?" "Lah Mas kan polantas? Masa tugasnya jagain rumah orang?" "Yaa aku kan bisa izin cuti. Tiga hari sih gak masalah, toh aku ya ga pernah cuti, hehehe..." Wah ada apa ini ya, kok dia sepertinya ngebet banget mau nginap di rumahku... "Ya kalau Mas Bernard mau sih... Anggap aja rumah sendiri Mas!" Kubawa dia ke ruang keluarga sebelum ia berkata, "Mas pinjam kamar tidurnya dong, ngantuk nih! Boleh ga?" "Boleh aja Mas Beruang," godaku dan kami pun tertawa. Kuantar ia ke kamar tidurku. Matanya berbinar-binar ketika mengetahui spring bed, dan ia langsung menghempaskan tubuhnya di sana. "Uaaahhh enaknyaaaa... Di kosku cuma kasur kapuk biasa!" komentar Bernard. Aku hanya tersenyum mendengar komentar dan perilakunya; agak lucu melihat seorang polantas dewasa bertingkah seperti anak kecil yang baru dapat kasur baru. "Oh maaf lupa lepas sepatu!" pekiknya. "Bisa bantu lepasin ga Mas?"

Jantungku berdetak cukup hebat sebelum akhirnya aku bisa mengendalikan diri. Apa yang baru saja ia katakan? Menyuruhku melepas sepatunya, padahal ia bisa lakukan sendiri? "Mas? Kok bengong?" ujarnya membuyarkan lamunanku. "Ah iya, sepatunya ya Mas," sahutku dengan cepat, lalu menghampirinya. Kulepaskan sepatu bot dari kaki kirinya, agak kesulitan hingga aku harus mengangkat kakinya, namun Bernard seakan tak keberatan. Aku beralih ke sepatu bot di kaki kanannya. Setelah keduanya terlepas, kulepaskan juga kedua kaus kakinya yang agak basah, sepertinya karena berkeringat akibat berdiri cukup lama. Kuamati ujung kakinya yang kini telanjang, sedikit bulu ada di sana. Aku jadi penasaran ingin melihat kakinya... "Mas Bernard pasti capek, aku pijitin ya," ujarku. "Nggak usah Mas, ngerepotin aja." "Ga pa pa Mas, toh kapan lagi Mas dapat pijat gratis, hehehe..." Kupijat telapak kakinya, dan ia pun memejamkan mata dan menikmatinya. "Enak pijatanmu Mas," pujinya. "Mas sambil tidur aja ga pa pa." Aku pun memijat kakinya dengan lembut dari bawah, pelan-pelan naik ke atas hingga pahanya...

...sampai tanpa sengaja kusenggol bonggolan di antara kedua pangkal pahanya. Bernard hanya tersenyum simpul. "Kenapa Mas?"godaku. "Ah ga pa pa kok, pingin senyum aja," jawabnya. "Bukan gara-gara ini to?" Sebelum aku sadar apa yang aku lakukan, aku sudah menyundul-nyundul bonggolan itu dengan buku-buku jariku. "Ah Mas bisa aja!" ujar Bernard lalu tertawa. "Enak Mas," sambungnya. "Sudah lama ga ada yang megang itu." "Masa Mas?" tanyaku, antara kaget dan tidak percaya. Ternyata ia sama sepertiku! "Pacar Mas?" "Aku belum punya pacar," jawabnya sambil tersenyum. "Duh Mas senyummu itu lho, kutelanjangi lho Mas entar!"

"Telanjangi aku Mas," ujar Bernard serius. "Aku ingin kamu telanjangi kegagahanku, wibawaku. Selama ini aku selalu menggagahi pria lain, tapi entah kenapa aku rasanya klepek-klepek denganmu Mas. Aku senang sekali rasanya tiap Mas lewat depan posku, dan ga ingin rasanya Mas pergi. Lama sekali rasanya satu hari berlalu tanpa Mas. Sekarang kesempatan itu ada, aku ingin bersama Mas. Nikmati aku Mas. Tubuhku milikmu..." Aku tercengang mendengarnya, namun badanku langsung bereaksi. Tanganku mulai mengelus-elus dadanya yang bidang itu. "Berdiri aja Mas, biar aku yang duduk," ujarku. Bernard pun menurut, bahkan ia mengenakan lagi sepatu botnya plus helm yang entah untuk apa dibawanya, lalu berdiri tegap layaknya sedang diinspeksi kelengkapan atributnya. Aku pun tersenyum, lalu kumulai perlahan-lahan membuka kancing bajunya. Sesekali aku tidak tahan untuk tidak meremas kontolnya, dan ketika aku meremasnya, Bernard mengerang pelan.

Kancing terakhir pun terbuka dan aku menanggalkan kemeja dinasnya. Agak kerepotan karena ada semacam sabuk kecil yang melintang, namun akhirnya aku bisa melepas sabuk kecil itu. Masih ada kaos coklat press body yang dikenakan Bernard, sehingga kini tubuhnya terlihat dengan jelas, bahkan puting susunya pun tercetak jelas. Aku meraba-raba dadanya yang bidang dan berbisik, "Mau diapain nih Mas?"

(bersambung)

1 komentar:

  1. Ahh..suka sekali dengan adegan sensual dan seksi ketika melepas seragam ketat, meraba dada dan puting si pilisi..apalagi kalau yg dilepas hanya kancing, jadi masih dipake seragamnya lalu dada atau perut si polisi bertato, lalu pakai kalung juga si polisi..wahh tambah macho, manly dan hot dan bikin horny deh kalo dibayanginnn

    BalasHapus

Komentar Anda akan dimoderasi sebelum ditayangkan. Berkomentarlah sopan dan terjaga. Promosi akan otomatis dihapus. Tuliskan juga jika Anda tidak ingin komentar ditayangkan (misalnya jika hanya memberi informasi).