Sabtu, 05 Agustus 2017

[Naskah] [Cerpen] Si abang satpam

Cerita ini khusus buat salah satu pembaca setia yang kebetulan ulang tahun kemarin (telat sih, tapi ga apa lah, hehehe...). Karena ini cerpen, mungkin lebih pendek dari biasanya.

"HAPPY BIRTHDAY!!!" Seruan meriah itu mendadak pecah dari sebuah ruangan yang kukira sudah terkunci. Hari itu sudah menjelang malam, di luar jam kerja memang, dan dompetku ketinggalan, jadi aku balik untuk mengambilnya. Kalau nggak diambil, bisa nggak makan! Untung saja nggak ada razia, aku jadinya nggak bawa SIM deh tadi... Walaupun hanya ada tiga orang sahabatku, tapi itu cukup lah untuk menghiburku. Pesta sederhana sih, hanya kue ultah, mi goreng, dan bir dingin, tapi dengan sahabat-sahabat, tentunya mengasyikkan! Becanda-becanda, menertawakan masalah kerjaan atau mengutuk bos, toh nggak ada yang dengar!

Sampai akhirnya ada yang membuka pintu dengan tiba-tiba. Kami semua langsung menoleh ke arah pintu. "Sapa tuh?" ujarku.
"Oh pantes kok ribut amat dari luar!" ujar satpam itu. Ups... "Lembur nih Mas-Mas?"
"Kagak Chell," jawab temanku. Satpam itu namanya Meichell. Lucu ya namanya? Sebenarnya serba salah mau manggil Mei, kok girly amat, tapi Chell juga sama aja. Untungnya dia nggak keberatan dipanggil Mei atau Chell, walaupun bosku biasanya memanggil namanya lengkap. Satpam itu beda banget dengan namanya; dia manly tulen. Suaranya berat, badannya berisi, ya memang sih perutnya agak sedikit buncit, tapi sedikit sekali, dan tangannya kekar. Tapi orangnya ramah dan suka bercanda. "Nih si Rio ulang tahun!"
"Oooo... wah met ultah ya Mas Rio!" Satpam itu menghampiriku dan menjabat tanganku memberikan selamat. "Makan-makan dong!"
"Iya ni, hehehe... makasih ya Mei. Mau ikut makan? Tapi tinggal dikit nih kuenya."
"Ntar aja Mas, aku lagi keliling..."
"Halah bentar aja Chell!" ujar temanku sambil mendorong satpam itu untuk duduk, dan memberinya sebotol bir dingin. "Nih biar lu melek!"
"Ah ga usah Bang, ntar aja kalau kerjaan saya udah selesai..."
"Alah udah de Chell, toh udah ga ada orang! Ada CCTV juga khan! Minum dulu lah!" Walaupun ragu-ragu, tapi mungkin karena sungkan, akhirnya satpam itu minum juga sebotol. Temanku menyerahkan sepotong kue untuknya dimakan, dan dimakannya juga. Kami sempat bercanda-canda sebentar sebelum si Meichell memutuskan untuk patroli sebentar. "Ntar balik sini ya lu! Masih banyak botolnya!"
"Iya Mas, cuma bentar kok, mastiin semua udah aman! 86!" Ia memberi hormat dengan lucunya, lalu pergi keluar. Aku hanya mengamati satpam itu keluar dari ruangan, dan entah kenapa aku mengamati pantatnya. Pantatnya sangat berisi dan seksi, mungkin isinya otot semua. Entah karena memang aku masih jomblo jadi jablay, aku jadi horny melihatnya. "Eh lu liat apaan Yo?" Kadang aku memang dipanggil Yo begitu saja.
"Tuh bokong si Meichell seksi amat ya."
"Lu pingin bro?"
"Pingin apaan?"
"Ya lu kalau liat pantat seksi terus pingin apaan dong? Ah dasar lu jomblo!"
"Ya gimana lagi brooo, masa ama perek... ntar sakit gimana?"
"Ya pake kondom lah!"
"Mahal bro, duitku abis udah buat bayar kos, makan, ini itu..."
"Mau yang murah?" Mendadak ia mendekat dan sedikit berbisik. "Tuh Meichell."
"Eh gila lu bro! Itu cowok tau!"
"Lu belum pernah sih! Ngentotin pantat cowok itu sama sensasinya sama pantat cewek bro! Malah cowok lebih tahan sakit! Lebih seksi bro! Cowok biasanya seret juga bro, pasti perawan semua!"
"Emang lu pernah?"
"Dia kan gay bro, pernah lah," celetuk temanku yang satunya. Oh iya, aku lupa kalau temanku ini gay! Aku nggak masalah sih sebenarnya kalau dia gay; dia juga tidak pernah macam-macam denganku. Tapi kali ini sepertinya dia agak sedikit menggodaku; mungkin karena pengaruh bir? Tapi aku horny juga sih, dan aku jadi tertarik dengan penawarannya...
"Emang enak?" tanyaku begitu saja.
"Enak bro! Tuh dia pernah ngerasain!"
"Ha? Bener?"
"Gua sih yang dia entot."
"Emangnya lu gay juga?'
"Eh ga la brooo," elak temanku. "Gua masih suka cewek lah! Tapi emang enak juga dientot cowok! Gua kapan hari juga dibolehin ngentot dia, ternyata enak broo! Lebih ga riskan, ga perlu takut ngehamilin!"
"Bener lu?"
"Sumpah!"
"Yuk ngentotin si Meichell! Gua pingin ngerasain pantat dia. Ah gara-gara lu ngomong pantatnya jadi horny nih gua!" Ia mengelus-elus selangkangkannya. "Lu tanggung jawab ni Yo!" Spontan dia mengelus-elus selangkanganku. Tentu saja kutepis. Tapi sebenarnya enak juga sih... "Iya nih gua jadi horny juga..."
"Lu belum pernah main ama cowok kan Yo?"
"Belum lah! Lu ga ngajakin sih!"
"Emang lu mau?"
"Kagak, amit-amit!" Kami bertiga tertawa lepas. "Tapi yakin deh Yo, habis ngentot si Meichell, lu bakal ketagihan!"
"Enak bener ya? Tapi gimana caranya tuh biar dia bisa dientot? Mana mau mah orangnya!"
"Aku ada rencana brooo..."

Akhirnya si satpam Meichell kembali dan ikut berpesta. Dia ternyata kuat minum, jadi rencana awal untuk membuatnya mabuk agak kacau, tapi ternyata temanku sudah sigap dengan menambahkan sedikit obat pada kue yang dia makan. Awalnya dia agak curiga karena mulai mengantuk, namun teman-temanku terus meyakinkannya bahwa dia hanya mabuk atau kecapekan. Akhirnya dia terkulai lemas, sepertinya agak mengantuk. "Lu tunggu di sini Yo, jagain dia! Kasih minum lagi kalau dia bangun!"
"Lu mau ke mana?"
"Ambil barang-barang bentar!" Kedua temanku keluar dengan agak tergesa-gesa, meninggalkanku sendirian dengan satpam itu. Aku sendiri juga sudah mulai mabuk, kebanyakan minum mungkin. Aku pun duduk di lantai, di sebelah satpam Meichell. Kuperhatikan badannya. Entah kenapa aku merasa horny sekali melihat badan satpam itu, padahal itu badan seorang cowok. Dadanya... Entah pandanganku yang kabur atau memang begitu, dadanya terlihat ranum sekali seperti dada seorang cewek. Aku jadi penasaran, maka kuraba-raba dadanya. Agak takut-takut karena ini baru pertama kalinya aku hendak memperkosa seorang cowok, dan si satpam Meichell harusnya bisa dengan mudah mengalahkanku kalau harus beradu fisik. Tapi dia sedang dalam keadaan lemas dan mabuk... Ia hanya bernafas berat dan tidak bereaksi ketika kuelus-elus dadanya. Sedikit kuremas-remas... dia juga tidak bereaksi. Kuturunkan tanganku dan mengelus-elus perutnya. Keras juga, pasti dia suka latihan.
Dan tibalah aku pada bagian tubuh cowok yang biasanya terlarang. Aku agak ragu memegangnya. Seumur-umur aku tidak pernah memegang kontol cowok lain. Aku memang pernah coli, tapi itu saja. Temanku yang gay itu pun jarang sekali memegang kontolku. Tapi punya si satpam Meichell menonjol juga... aku jadi penasaran dibuatnya. Kusentuhkan tanganku pada bonggolan kontolnya. Besar juga. Dan sepertinya punyanya agak mengeras juga. Masa dikasih obat kuat sama temanku itu... aku jadi semakin penasaran dengan benda itu. Kuremas-remas, dan sepertinya si satpam Meichell agak bereaksi. Kutarik langsung tanganku dan melihat reaksinya. Dia diam saja. Nafasnya kayanya tambah berat aja nih... kuberanikan diri lagi untuk memegang kontolnya lagi. Kuremas-remas lagi kontol satpam itu, kali ini lebih keras dari yang tadi. Si Meichell diam saja. Keenakan kali ya? Aku jadi penasaran bentuknya. Seumur-umur aku tidak pernah melihat kontol cowok lain juga. Apa punyanya sama denganku? Kalau ukurannya sih kayanya punyaku lebih besar. Buka resleting celananya ah...
"Woi Bro, dinikmatin sendirian aja!" celetuk temanku, membuatku terlompat kaget. "Lu ketagihan kaannn?"
"Enak aja!" kilahku. "Penasaran aja!"
"Penasaran barangnya? Tungguin kita-kita dong! Emang cuma lu aja yang mau ama ntu satpam?"
"Terus dia mau diapain?"
"Bantu bawain ke brankas!"
"Mo diapain dia?"
"Dah ikut aja, ntar lu tau enaknya!" Aku dan temanku akhirnya berdua membopong si satpam Meichell itu. Berat juga badannya! Dan aku nggak salah lihat kah, temanku pegang selangkangan si satpam? Sambil menyelam minum air rupanya. Temanku rupanya tahu kombinasi nomor pintu brankas karena dia bisa membukanya dengan mudah, tapi aku tidak komentar apa-apa. Aku sendiri jarang masuk ruangan itu. "Mau diapain dia?"

Entah bagaimana caranya temanku itu bisa membawa peralatan-peralatan aneh yang belum pernah kulihat sebelumnya, dan entah bagaimana caranya dia bisa mengikat si satpam Meichell sehingga berdiri dengan kedua tangan terentang. Seksi juga dia diikat seperti itu, aku jadi semakin horny. "Terus dia diapain?" tanyaku.
"Lu liat aja." Ia menyiramkan sedikit bir dingin ke muka si satpam Meichell sehingga agak tersentak dan sadar. "Di... di... di mana ini..."
"Nyantai Chell, bentar lagi enak kok," bisik temanku sambil meremas-remas dada satpam Meichell dari belakang.
"Saya... saya... mau diapain Bang..." Sepertinya dia masih kena pengaruh obat dan bir. Sedikit meronta-ronta tidak rela tubuhnya diraba-raba seorang cowok, tapi sedikit bagian dari tubuhnya mengatakan berbeda.
"Ga diapa-apain kok, pokoknya enak." Pelan-pelan ia membuka kancing baju seragam hitam si satpam Meichell, kemudian mengelus-elus dadanya, di sekitaran puting susunya. "Aaaahhh...." satpam Meichell hanya bisa mengerang keenakan. "Jangan Bang..."
"Dah nikmati aja Chell." Aku mengamati tonjolan kontolnya, sepertinya mulai membesar lagi. "Yo, mainin dah tuh kontolnya!" Aku pun berjongkok di depannya. "Jangan Mas..." Kuremas-remas bonggolan kontol itu. Satpam Meichell pun agak meronta-ronta ketika barang pribadinya disentuh cowok lain. Aku pun sebenarnya bakal geli juga kalau ada cowok lain menyentuh kontolku, tapi kali ini aku benar-benar penasaran. "Mas..."
"Gede ga barangnya Yo?" Ia memelintir kedua puting susu satpam Meichell yang masih tersimpan di balik kaos singletnya. Satpam Meichell mulai mengerang, antara kesakitan dan keenakan. "Bang..." Nafasnya tetap berat, tidak diragukan lagi ia terangsang berat. Temanku satunya sepertinya menikmati pantat si satpam Meichell. Lama-lama aku jadi menikmati permainan itu. Jadi begini toh rasanya mainin kontol cowok...
"Yon, ambilin gunting!" Temanku yang bernama Dion tapi lebih sering dipanggil Yon itu pun mengambil gunting. "Mau... mau apa Bang..."
"Dah lu diem aja!" Dengan gunting itu, ia membuat lubang pada kaos singletnya, tepat di sekitar puting susunya. Aku bisa melihat kedua puting susunya melenting. Sekilas agak mirip puting susu cewek... tapi sayangnya kedua temanku itu langsung menikmati puting susu si satpam Meichell dengan mengisap-isapnya, meninggalkanku dengan kontolnya. Akhirnya aku memutuskan untuk membuka resleting celananya untuk memuaskan rasa penasaranku atas bentuk kontolnya. Kurogoh ke dalam dan kukeluarkan kontolnya. Kontolnya baru setengah tegang tapi besar juga ternyata, dan sudah meneteskan precum. Si satpam Meichell mengerang ketika aku mengelus-elus barang pribadinya itu. "Bang... Mas... jangaaannnhhhh..." Sesekali si satpam memekik ketika teman-temanku menggigit-gigit puting susunya, namun setelah itu ia mengerang keenakan lagi. Tak terasa celanaku mulai terasa sesak juga. Kenapa aku jadi terangsang karena kontol? Tapi sekarang aku penasaran membuatnya muncrat... Kukocok-kocok kontolnya untuk membuatnya semakin menegang. "Yo lu canggih amat ngocoknya," celetuk temanku melihat aku mengocok kontol satpam itu. "Dia merem melek tuh!" Aku tidak menghiraukannya dan terus mengocok batang kontol satpam itu. Entah apa lagi yang dilakukan temanku itu ketika si satpam sesekali memekik. Akhirnya aku penasaran dan menoleh ke atas. Gila, temanku itu sedang mencabuti bulu dada si satpam! Tapi dengan tiap pekikan, kontol si satpam malah bergerak mengacung. Apa dia menikmati disiksa?
Terdengar suara sobekan; ternyata temanku malah menyobek singlet si satpam. Aku pun berdiri melihat hasilnya. "Gilaaaa.... itu bulu apa bulu tuh???" Bulu dadanya cukup halus di atas, namun semakin ke bawah semakin lebat, dan tidak terputus sampai di perutnya, bahkan ke selangkangannya. Aku tadi memang sempat sedikit merasakan rambut jembutnya, namun karena kontolnya sudah menyembul dari balik celana dalamnya, aku tidak tahu selebat apa di dalam. "Lu kocokin terus aja bro kontolnya, biar dia tetap keenakan!" Aku sih senang-senang saja mengocok kontolnya. Kali ini aku mendekapnya dari belakang dan mengocok kontol si satpam Meichell seakan-akan mengocok kontolku sendiri. Kontolku menyentuh pantatnya yang padat dan hangat. Gilaaa, pikirku. Ni kaya pantat cewek aja! Secara naluriah kugesek-gesekkan kontolku ke pantatnya. Kurasakan sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Si satpam Meichell tetap terpekik ketika bulu-bulunya dicabut satu per satu. Ketika pekikannya berhenti, aku pun terheran. Sudah selesai kah?
Rupanya belum. Temanku hanya mengambil sepasang alat yang belum pernah kulihat sebelumnya. Ia meletakkan alat itu pada puting susu si satpam Meichell, dan entah apa lagi yang ia lakukan, sehingga kini tampak seakan-akan puting susunya besar sekali. Ia memainkan "puting" baru si satpam, dan mungkin puting itu memberikan sensasi campur aduk bagi si satpam karena ia memekik sambil mendesah. Dion temanku ternyata malah menjilati bola-bola kontol si satpam!
"Eh lu udah siap belum?" temanku tiba-tiba bertanya.
"Siap apa?"
"Ngentotin dia lah! Udah ngaceng berat belum lu?" Tanpa ba bi bu ia meraih kontolku dan meremas-remasnya. "Kurang keras ini mah Bro! Sini kukerasin lagi!" Sebelum aku bisa menolaknya, ia langsung membuka kait celana jinsku dan menurunkannya, lalu mengeluarkan batang kontolku dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia menghisap kontolku. Gila nikmatnya! Tanpa permisi lagi aku mengerang keenakan ketika temanku dengan buas menghisap kontolku maju mundur. Aku bahkan hampir siap untuk mengentot mulutnya ketika ia berhenti. "Loh kok berhenti?"
"Waktunya lu ngentot si Meichell!" Agak kecewa sebenarnya karena kenikmatanku berhenti, jadi kukocok-kocok kontolku agar tetap ngaceng. Temanku kembali membawa gunting, dan tanpa kuduga ia menggunting celana si satpam! Ia membuat lubang yang lumayan besar di kedua pipi pantat si satpam, dan satu lagi di sekitar lubang pantatnya. Benar-benar pantat yang ranum! Ia menepuk-nepuk pantat si satpam sampai merah, lalu mempersilakan aku untuk mulai beraksi. Aku agak ragu-ragu...

...namun nafsu sudah mendorongku terlalu jauh. Tak ragu-ragu lagi kudorong kontolku memasuki lubang pantatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda akan dimoderasi sebelum ditayangkan. Berkomentarlah sopan dan terjaga. Promosi akan otomatis dihapus. Tuliskan juga jika Anda tidak ingin komentar ditayangkan (misalnya jika hanya memberi informasi).